Ki Padmo susastro Projopustoko M. Ng

public profile

Ki Padmo susastro Projopustoko M. Ng's Geni Profile

Share your family tree and photos with the people you know and love

  • Build your family tree online
  • Share photos and videos
  • Smart Matching™ technology
  • Free!

Ki Padmo susastro Projopustoko M. Ng

Birthdate:
Birthplace: Kp. Sraten, Solo, Indonesia, Central Java
Death: circa February 01, 1926 (81-90)
Pusposuman, dibelakang istana Pangeran Hadiwidjojo, Solo, Indonesia, Central Java, Indonesia (Sakit tua)
Immediate Family:

Son of Bongsoyudo RM Ng. and Bongsoyudo R Ngt 1st wife
Husband of Rr Estri Nyahi Booging
Father of Bambang Sutejo Mangundipoero RT and R Ngt Endah Joyokartiko
Brother of Wirorejo R Ngt
Half brother of Kartosaksono R Ngt and Rondonsari R Ngt

Managed by: Padmowardiasto asto Mangundipoer...
Last Updated:

About Ki Padmo susastro Projopustoko M. Ng

beliau adalahlah sastrawan jawa

Saat ini Yayasan Sastra Solo berencana meluncurkan situs bernama

www.sastra.com yang memuat koleksi sastra dan budaya Jawa hasil alih

aksara naskah-naskah kuno milik museum Radya Pustaka. Salah satu naskah

yang sedang diselesaikannya adalah Serat Bauwarno karangan pujangga

Padmosusastro, murid Ronggowarsito. Naskah terbitan tahun 1828 ini

merupakan ensiklopedi Jawa yang memuat nama-nama raja di Jawa sejak

pemerintahan Majapahit hingga Paku Buwono

Ki Padmosusastro misalnya, adalah jurnalis Jawa pertama yang keluar negeri, dan mengungkapkan perkembangan kota dan masyarakat Solo dan berkaitan dengan masalah-masalah sosial ekonomi dan politik pada zamannya. Tanggal 7 November 1856, ia membuat catatan bahwa Kota Solo ketika itu memberdayakan orang-orang miskin dengan bahasa dan deskripsinya yang sangat menarik.

"Inilah kehebatan Ki Padmosusastro, dia tidak hanya sebagai penulis berita biasa, tetapi dia mampu mencatat peristiwa sejarah yang terjadi di Kota Solo," kata Sardono yang menegaskan bahwa dari dulu peran wartawan itu penting, dengan menyebut awune dhuwur (kharisma tinggi).

Lewat gaya bertutur, ia merekonstruksi kondisi sosial, ekonomi, dan politik masyarakat dan Kota Batavia, oleh tokoh-tokoh yang melakukan dialog. Ia menggambarkan bahwa pemilik persil (gedung bagus) hanya orang Belanda, Arab, atau Cina, sedangkan orang Jawa tak mungkin memilikinya.

Padmosusastro secara unik dan menarik membandingkan gaji pembantu dan berjenis pekerjaan yang dibayar berbeda dibanding pekerja yang sama di Kota Solo. Betawi adalah pusat uang, dan orang bisa memperoleh gaji tinggi. Namun di Solo, orang tetap bisa makan, karena sebagai kawula, mereka memperoleh jatah nasi dari Keraton

Demikian cerita Sardono W kusumo dlm ular-ular hari pers nasional di solo tanggal 16 Juni 2008

Sejak Ki Padmosusastro menulis novel Rangsang Tuban (1912), pintu kebebasan sastra Jawa terbuka lebar. Padmosusastro tak lain sastrawan yang memproklamasikan diri sebagai tiyang mardika ingkang marsudi dateng kasusastran Jawi.

ASAL USUL KOTA PONOROGO (diambil dari serat2 ki padmosusastro)

Asal usul kata Ponorogo berdasarkan babad legenda berasal dari " Pramana Raga ". Menurut cerita rakyat yang berkembang secara lisan Pono berarti Wasis , Pinter, Mumpuni dan Raga artinya Jasmani yang kemudian menjadi Ponorogo . Awal mula berdirinya Kadipaten Ponorogo dimulai ketika Raden Katong sampai diwilayah Wengker , kemudian memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman yaitu di dusun plampitan Kelurahan Setono Kec.Jenangan. Siapakah Bethoro Katong ? dari catatan sejarah Ki Padmosusastro generasi 126 menyebutkan Bathoro Katong dimasa kecilnya bernama Raden Joko Piturun atau disebut juga Raden Harak Kali. Beliau adalah salah seorang putra Prabu Brawijaya V dari garwo pangrambe ( selir yang tinggi kedudukannya ) .Bethoro Katong adalah adik lain ibu dengan Raden Patah Setelah menjadi Adipati di Ponorogo bergelar Adipati Bethoro Katong. Kebesaran Wengker pada jaman Mojopahit ditandai dengan adanya prasasti berupa sepasang batu gilang yang terdapat didepan gapura kelima di kompleks makam Batoro Katong dimana pada batu gilang tersebut tertulis candrasengkala memet berupa gambar manusia, pohon, burung ( Garuda ) dan gajah yang melambangkan angka 1.418 Saka atau tahun 1.496 M. Batu gilang itu berfungsi sebagai prasasti "Penobatan" yang dianggap suci . Atas dasar bukti peninggalan benda - benda pubakala tersebut dengan menggunakan referensi Handbook of Oriental History dapat ditemukan hari wisuda Batoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo , pada hari Ahad Pon Tanggal 1 Bulan Besar , Tahun 1.418 Saka bertepatan dengan Tanggal 11 Agustus 1.496 M atau 1 Dzulhijjah 901 H. Selanjutnya melalui seminar hari jadi Kab.Ponorogo yang diselenggarakan pada tgl.30 April 1996 maka penetapan tgl.11 Agustus sebagai Hari Jadi Kab.Ponorogo telah mendapat persetujuan DPRD Kab.Ponorogo . Sejak berdirinya Kadipaten Ponorogo dibawah Raden Katong , tata pemerintahan menjadi stabil dan pada th.1.837 M Kadipaten Ponorogo pindah dari Kota Lama ke Kota Tengah menjadi Kabupaten Ponorogo hingga sekarang

2008-03-17 14:00:06, oleh: Admin

TOKO “Surabaya” di Jalan Dhoho, salah satu kawasan bisnis tersibuk di Kota Kediri, kini banyak menjual aneka bahan makanan, seperti abon, dendeng, dan sebagainya. Sosok toko yang berada tepat di depan Hotel Penataran itu benar-benar berbeda dengan sederet toko lain di sepanjang Jalan Dhoho.Kesan tua dan antik tersembul kuat. Benar saja. Pasalnya, di rumah toko itulah, di awal abad ke-19 dulu, beroperasi sebuah bisnis penerbitan yang tersohor di seantero Pulau Jawa. Bahkan, sejumlah pihak menyebutnya sebagai cikal bakal penerbitan di Indonesia.

Boekhandel Tan Khoen Swie, demikian nama penerbitan itu. Tak tanggung-tanggung, sejumlah gagasan milik pujangga dan pengarang kenamaan asal berbagai kota di Jawa, pernah diterbitkan oleh badan penerbitan milik Tan Khoen Swie itu.

Sebut saja pujangga asal Surakarta, Ronggowarsito dan Padmosusastro. Demikian pula dengan sejumlah penulis asal Bojonegoro, Surabaya, serta Yogyakarta. Total jenderal, jumlah buku yang diterbitkan oleh tokoh kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah (Jateng), pada tahun 1883 itu mencapai 400 judul.

YOSODIPURO ( ? - ?)

RONGGOWARSITO (1802-1873) – 71 TAHUN

KI PADMOSUSATRO (1840-1926) – 86 TAHUN

Dengan merujuk pada kemajuan, dalam ilmu pengetahuan Padmosusastro dari Solo, pemimpin majalah Sasadara, mengganti takhayul tentang raksasa yang memakan bulan dengan ilmu kodrat tentang kedudukan Bulan, Matahari, dan Bumi. Atas nama kemajuan, priayi di Kasunanan Solo mendirikan perkumpulan Abipraya. Atas nama kemajuan, perkumpulan proto-nasionalis Budi Utomo berdiri pada tahun 1908. Atas nama kemajuan, dalam agama, Muhammadiyah berdiri pada tahun 1912. Karena kemajuanlah orang Jawa di Surakarta mencukur rambut yang semula digelung dan orang China memotong kucir (taucang).

Radya pustaka solo

Di antara naskah kuno itu, tersimpan asli tulisan tangan karya pujangga RM Ngabehi Ronggowarsito, termasuk Serat Kalatida. Serat Bauwarno karangan pujangga Padmosusastro, murid Ronggowarsito. terbitan tahun 1828 yang merupakan ensiklopedi Jawa yang memuat nama-nama raja di Jawa sejak pemerintahan Majapahit hingga Paku Buwono X. Naskah tersebut juga memuat cerita berbagai kebudayaan Jawa di masanya, seperti kisah adu kerbau dengan harimau pada masa raja-raja yang hidup di tahun 1800.

Buku lain yang diterbitkan oleh beliau

Padmosoesastro, Ki Sakadang peutjang

Batavia-Centrum: Bale Poestaka, 1931

BK04777 | Buku | Bahasa Jawa

928 Sup K

supardi, Imam

    Ki Padmosusastro, cet. ke-1, Surabaya: Panjebar Semangat, 1961.

81 hlm.: ill.;21 cm.

Anotasi:

Buku ini berisi tulisan mengenai sejarah, ajaran, pengabdian , dan pengetahuan Ki Padmosusastro terhadap Sastra Jawa di Surakarta. (dengan bahasa Jawa).

view all

Ki Padmo susastro Projopustoko M. Ng's Timeline

1840
1840
Kp. Sraten, Solo, Indonesia, Central Java
1865
1865
1867
1867
1926
February 1, 1926
Age 86
Pusposuman, dibelakang istana Pangeran Hadiwidjojo, Solo, Indonesia, Central Java, Indonesia