Maulana Malik Ibrahim "Sunan Gresik" Syeikh Jamadil Qubra

public profile

How are you related to Maulana Malik Ibrahim "Sunan Gresik" Syeikh Jamadil Qubra?

Connect to the World Family Tree to find out

Maulana Malik Ibrahim "Sunan Gresik" Syeikh Jamadil Qubra's Geni Profile

Share your family tree and photos with the people you know and love

  • Build your family tree online
  • Share photos and videos
  • Smart Matching™ technology
  • Free!

Maulana Malik Ibrahim "Sunan Gresik" Syeikh Jamadil Qubra

Indonesian: Maulana Malik Ibrahim/Sunan Gresik
Also Known As: "Sunan Gresik -23 [MP] Walisongo-1", "Syech Samsu Tamres as-Samaraqandi", "Abdul Rahim (Aria Teja-Bupati Tuban)"
Birthdate:
Birthplace: Samarqand, Jizzakh Province, Uzbekistan
Death: April 07, 1419 (121-122)
Gresik
Place of Burial: Leran, Gresik
Immediate Family:

Son of Husen Jamaludin Akbar / Jumadil Kubro Azmatkhan Al-Hussein; #1 Lalla Fathimah and #4 Puteri Ramawati - Champa
Husband of Putri Pajang .; Wan Maimunah Yusof Al-Syandani; Dewi Rasa Wulan Ronggo Lawe ing Toeban; Dewi Candrawulan; Siti Maryam and 1 other
Father of Nyimas Ratna Sejati; Raja Pendeta; Sheikh Abdul Rahman Syed Ibrahim Al-Hadhrami; Sheikh Wan Husain Syed Ibrahim Al-Hadhrami; Hjh Wan Jamilah Syandaniyah Syed Ibrahim Al-Hadhrami and 23 others
Half brother of Syaikh Bantong Tan Go Hwat / Syekh Bentong Go Hwat, (Syaikh Bantong); Rd Jayapermana; nn; Sayyid Sayyid Hasan Jumadil Kubra; Sayyid Husain Jumadil Kubra Al-Asghar and 45 others

Managed by: Private User
Last Updated:

About Maulana Malik Ibrahim "Sunan Gresik" Syeikh Jamadil Qubra

SUNAN GRESIK

Mati di Jawa Timur. Seorang drp Wali Songo.



Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Champa sekarang Kemboja selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi puteri raja yang memberinya dua orang putera. Mereka adalah Raden Rahmat @ Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha @ Raden Santri. Merasakan sudah cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu pada tahun 1392 Masehi Maulana Malik Ibrahim berhijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.


Maulana Ibrahim/Makhdum Ibrahim Asmara/Makhdum Ibrahim asSamarqandi/Pandita Ariffin/Raja Pandita Mustaqim. Penyebar Islam.


Maulana Malik Ibrahim, also known as Syekh Maghribi, is generally considered to be the 'father' of the Wali Songo. Little is known about his origins although it has been suggested that he came either from Persia, Turkey, or Northern India. A possible date for his arrival in Java is A.D. 1404.

As one of Indonesia's pioneers in the spreading of the Islamic faith, he settled in East Java and attracted converts in the region of Gresik, where he died in 822 H. (A.D. 1419).

His tombstone is of particular interest since it was not made locally but ordered and shipped to Java from Gujarat in north western India. The stone, carved from white marble and intricately inscribed with Arabic letters, is one of a very few which have found their way to Indonesia. Other examples are known to exist in Palembang and in the North Sumatran province of Aceh.


Di Rusia selatan ada sebuah daerah yang disebut Bukhara. Bukhara ini terletak di Samarqand. Sejak dahulu daerah yang disebut Bukhara. Bukhara ini terletak di Samarqand. Sejak dahulu daerah Samarqand dikenal sebagai daerah Islam yang menelorkan ulama-ulama besar seperti sarjana hadist terkenal yaitu Imam Bukhari yang mashur sebagai perawi hadits sahih.

Di Samarqand ini ada seorang ulama besar bernama Syekh jamalluddin Jumadil Kubra, seorang Ahlussunnah bermahzab Syafi’i, beliau mempunyai seorang putra bernama Ibrahim. Karena berasal dari Samarqand maka Ibrahim kemudian mendapat tambahan Samarqandi. Orang jawa sangat sukar mengucapkan Samarqandi maka mereka hanya menyebutkan sebagai Syekh Ibrahim Asmarakandi.

Syekh Ibrahim Asmarakandi ini diperintah oleh ayahnya yaitu Syekh Jamalluddin Jumadil Kubra untuk berda’wah ke negara-negara Asia. Perintah ini dilaksanakan, dan beliau kemudian diambil menantu oleh raja Cempa, dijodohkan dengan putri raja Cempa yang bernama Dewi Candrawulan. Negeri Cempa ini menurut sebagian ahli sejarah terletak di Muangthai. Dari perkawinannya dengan Dewi Candrawulan maka Ibrahim Asmarakandi mendapat dua orang putra yaitu Raden Rahmat atau Sayyid Ali Rahmatullah dan raden Santri atau Sayyid Alim Murtolo.

Sedangkan adik Dewi Candrawulan yang bernama Dewi Dwarawati diperistri oleh Prabu Brawijaya Majapahit. Dengan demikian Raden Rahmat itu keponakan Ratu Majapahit dan tergolong putra bangsawan atau pangeran kerajaan. Raja Majapahit sangat senang mendapat istri dari negeri Cempa yang wajahnya tidak kalah menarik dengan Dewi Sari. Sehingga istri-istri lainnya diceraikan, banyak yang diberikan kepada para adipatinya yang tersebar di seluruh Nusantara.



Descendant of Rasullah saw (putra cicit), brother of Ali Burul Alim and Barkat Zainal Abidin.

Notes on 22 January 2010/em:

Name in Aztmakhan doc.: Sayyid Ibrahim.

Name in Alawiyin website: Ibrahim*Asmoro-Jamaluddin*Husein-22.

Reference Link: http://familytreemaker.genealogy.com/users/a/s/y/Naqobatul-Asyrof-J...

Note on 23 Oct 2015/em

  • Dalam pembicaraan tentang:
  • "Rekonstruksi Silsilah Nasab Adipati Andayaningrat Leluhur Pajang"
  • oleh: Lina, Ari (KAT), Diah and Erni (em), disimpulkan:
  1. Andayaningrat yang sebelumnya dinyatakan anak Jumadil Qubro, adalah anak Ibrahim Asmoro.
  2. Nama tambahan Ibrahim Asmoro adalah Syech Samsu Tamres: SYECH SAMSU TAMRES; alias MAULANA MALIK IBRAHIM ASMARA QONDI; alias HARYO PANDOYO;alias Pangeran Bajul Petak / Pangeran Petak
  3. Ibu Andayaningrat / istri Ibrahim Asmoro : Putri Pajang (akan dilengkapi kemudian)
  • Sumber: Kitab Kuno Sunan Tembayat 1443 Saka; Ranji Pajang, Ranji Kajoran, Serat Cebolek; Kitab Purwaka Caruban Nagari; Catatan Penghulu Kahar Cirebon 1850; Catatan Prof. Dr. Hussein Djajadiningrat; Kitab Carang Satus Milik Kraton Cirebon; Data Kesultanan Kelantan; Data Kesultanan Cirebon

Notes on 22 January 2010/em:

Info from Azmatkhan doc.

Name in Alawiyin website: MALIK*IBRAHIM-Barakat*Z.Alam-23(1. Sunan*Gresik).

Reference Link: http://familytreemaker.genealogy.com/users/a/s/y/Naqobatul-Asyrof-J...

http://madawis.blogspot.com/2012/11/21a-al-imam-husain-jamaluddin-a...

http://ppp.or.id/images/news/91.%20Sunan%20Gresik.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Gresik

Tidak terdapat bukti sejarah yang meyakinkan mengenai asal keturunan Maulana Malik Ibrahim, meskipun pada umumnya disepakati bahwa ia bukanlah orang Jawa asli. Sebutan Syekh Maghribi yang diberikan masyarakat kepadanya, kemungkinan menisbatkan asal keturunannya dari wilayah Arab Maghrib di Afrika Utara.

Babad Tanah Jawi versi J.J. Meinsma menyebutnya dengan nama Makhdum Ibrahim as-Samarqandy, yang mengikuti pengucapan lidah Jawa menjadi Syekh Ibrahim Asmarakandi. Ia memperkirakan bahwa Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14.[1]

Dalam keterangannya pada buku The History of Java mengenai asal mula dan perkembangan kota Gresik, Raffles menyatakan bahwa menurut penuturan para penulis lokal, "Mulana Ibrahim, seorang Pandita terkenal berasal dari Arabia, keturunan dari Jenal Abidin, dan sepupu raja Chermen (sebuah negara Sabrang), telah menetap bersama para Mahomedans[2] lainnya di Desa Leran di Jang'gala".[3] Namun demikian, kemungkinan pendapat yang terkuat adalah berdasarkan pembacaan J.P. Moquette atas baris kelima tulisan pada prasasti makamnya di desa Gapura Wetan, Gresik; yang mengindikasikan bahwa ia berasal dari Kashan, suatu tempat di Iran sekarang.[4]

Terdapat beberapa versi mengenai silsilah Maulana Malik Ibrahim. Ia pada umumnya dianggap merupakan keturunan Rasulullah SAW, melalui jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar), dan Maulana Malik Ibrahim,[5][6][7][8] yang berarti ia adalah keturunan orang Hadrami yang berhijrah.

Info Tambahan : http://medigarnida.blogspot.com/2011/07/silsilah-keturunan-nyai-age...

Dilihat dari silsilah beliau kebawah dan seterusnya. Nyai Ageng Ngerang yang makamnya di Ngerang Tambakromo Pati adalah Nyai Ageng Ngerang, Siti rohmah Roro Kasihan. Beliau di peristri Ki Ageng Ngerang I.Ki Ageng Ngerang I Putra dari Syaihk Maulana Malik Ibrahim. Dan atas perkawinan Nyai Ageng Ngerang dan Ki Ageng Ngerang I, beliau mempunyai dua orang Putra, Pertama adalah seorang putri dan belum diketahui dan dijelaskan namanya didalam buku – buku maupun sumber lain.


Sunan Gresik / Syekh Maghribi / Syekh Maulana Malik Ibrahim

Lahir : Camp, Kamboja sekitar 13
Wafat : Leran 1419 M.,
Pemakaman : Makbaroh Desa Gapura Sukolilo - Gresik (Di area pemakaman, juga terdapat makam Bupati Gresik pertama, yaitu Raden Pusponegoro)
Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya adalah sebagai berikut:

Ini adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang Maha Luhur, guru para pangeran dan sebagai tongkat sekalian para sultan dan wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahid penguasa dan urusan agama: Malik Ibrahim yang terkenal dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya dan semoga menempatkannya di surga. Ia wafat pada hari Senin 12 Rabi'ul Awwal 822 Hijriah.

Ayah : Barakat Zainal Alam

Ibu :

Isteri-isteri :

  1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah.
  2. Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad.
  3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf.

Anak:

  1. Maulana Moqfaroh
  2. Syarifah Sarah
  3. Abdullah
  4. Ibrahim
  5. Abdul Ghofur
  6. Ahmad
  7. Abbas
  8. Yusuf

Selanjutnya Syarifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha [Sunan Santri/ Raden Santri] dan melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far Shadiq (Sunan Kudus).

Sunan Gresik disebut Kakek Bantal karena setiap kali mengajari santrinya, selalu meletakkan Al Quran di atas bantal sebagai penopangnya.
Maulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang pertama-tama menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior di antara para Walisongo lainnya.[2] Beberapa versi babad menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali ialah desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 kilometer ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur, dengan mendirikan mesjid pertama di desa Pasucinan, Manyar.
Riwayat :
Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kebaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.[3]

Setelah berhasil memikat hati masyarakat sekitar, aktivitas selanjutnya yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar.[4] Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.[5]

Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian melakukan kunjungan ke ibu kota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibu kota Majapahit telah banyak orang asing termasuk dari Asia Barat.[6]

Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam pada masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasti makamnya. Pada acara haul biasa dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan khas bubur harisah.[7]

Referensi :

  1. Hadi, Abdul. "Sejarah & Profil Sunan Gresik: Wali Penyebar Islam Pertama di Jawa". tirto.id. Diakses tanggal 2022-03-28.
  2. Drewes, G. W. J. 1968. New Light on the Coming of Islam to Indonesia?, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde.
  3. Salam, Solichin, 1960. Sekitar Walisanga, hlm 24-25, Penerbit "Menara Kudus", Kudus.Munif, Drs. Moh. Hasyim, 1995. Pioner & Pendekar Syiar Islam Tanah Jawa, hlm 5-6, Yayasan Abdi Putra Al-Munthasimi, Gresik.
  4. Tjandrasasmita, Uka (Ed.), 1984. Sejarah Nasional Indonesia III, hlm 26-27, PN Balai Pustaka, Jakarta.
  5. Groeneveldt, W.P., 1960. Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled from Chinese Sources. Bhratara, Jakarta.
  6. Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual, Penerbit Buku Kompas, Desember 2006.