Sayyid Ishak Makdum

public profile

Share your family tree and photos with the people you know and love

  • Build your family tree online
  • Share photos and videos
  • Smart Matching™ technology
  • Free!

Sayyid Ishak Makdum

Also Known As: "Abdul Rahim (Aria Teja-Bupati Tuban)"
Birthdate:
Death: 1463 (16-25)
Kemantren, Paciran, Lamongan Regency, East Java, Indonesia
Immediate Family:

Son of Maulana Malik Ibrahim "Sunan Gresik" Syeikh Jamadil Qubra; 11 Maulana Ibrahim Al-Hadrami Azmatkhan and Dewi Candrawulan
Husband of Ratu Ayu Kencana Wungu; Syarifah Siti Fatimah (Puteri Cempaka Biru) bt Ali Nurul Alam and Dewi Sekar Dadu
Father of Syarifah Siti Rodziah; Syarifah Siti Maimunah Habsah Siti Rubiah; Syarifah Siti Musalimah .; Dewi Sarah; Abdul Qodir . and 5 others
Brother of 2 Syekh Ibrahim Asmarakandi; Pangeran Puger PB-1 (RM.Mas Drajat); Syarifah Sarah Syeikh Jamadil Qubra; Maulana Moqfaroh; Siti Zainab (King of Kauthara, Champa) and 11 others
Half brother of Nyimas Ratna Sejati; Raja Pendeta; Sheikh Abdul Rahman Syed Ibrahim Al-Hadhrami; Sheikh Wan Husain Syed Ibrahim Al-Hadhrami; Hjh Wan Jamilah Syandaniyah Syed Ibrahim Al-Hadhrami and 8 others

Managed by: Private User
Last Updated:

About Sayyid Ishak Makdum

Notes on 22 January 2010/em:

Name in Azmatkhan doc.: Maulana Ishaq.



Notes on 22 January 2010/em:

Name in Azmatkhan doc.: Maulana Ishaq.

Name in Alawiyin website: Ishak*Makdum-Ibrahim*Asmoro-23.

Reference Link: http://familytreemaker.genealogy.com/users/a/s/y/Naqobatul-Asyrof-J...


Syaikh Maulana Ishaq

Lahir' : Isaq Maqhdum 1400-an
wafat : 1463 M dan dimakamkan di daerah Kemantren Paciran Lamongan

Ayah : Syaikh Ibrahim Asmarakandi/Makdum Brahim Asmara/Maulana Ibrahim Asmara
Ibu : Nyai Retno Jumilah(Puteri Bangsawan Pasai)

PERJALANAN DAKWAH DARI PASAI SAMPAI KE AMPELDENTA
Semenjak lahir Syaikh Maulana Ishaq lahir di daerah Pasai, beliau dididik dan dibimbing oleh ayahanda beliau Syaikh Ibrahim Asmarakandi. Lalu dilanjutkan dengan menuntut ilmu kepada para Ulama-ulama di darah Pasai dan Malaka. Hingga beliau bergelar Maulana Ishaq. Beliau kemudian melakukan dakwah di sekitaran daerah Pasai dan Malaka. Hingga pada tahun 1442 beliau diminta tolong oleh Raden Ali Rahmatullah ( Sunan Ampel) untuk membantu kegiatan dakwah Sunan Ampel di tanah Jawa. Maka berangkatlah beliau dengan menempuh perjalanan jauh dengan mengarungi Samudra dan mendarat di Pesisir Tuban. Pertama kali beliau berziarah di makam ayahandanya Syaikh Ibrahim Asmarakandi. Kemudian di lanjutkan perjalanan menuju daerah Tandhes/Gresik dan bertemu dengan adiknya Raden Ali Murthadlo (Raden Santri). Sebuah perjumpaan yang menyenangkan tentunya. Dan setelah itu Syaikh Maulana Ishaq pergi menuju Ampeldenta dengan diantar Raden Santri.

PERJALANAN DAKWAH DI DAERAH BLAMBANGAN
Hampir satu tahun lamanya Syaikh Maulana Ishaq berada di Ampeldenta, membantu Sunan Ampel membangun masyarakat Islami. Akhirnya terbersit keinginan untuk mendirikan pusat pendidikan Islam di tanah Jawa, sebagaimana yang dilakukan oleh adiknya di Ampel. Beliau yakin mampu, sebagaimana kemampuan yang telah beliau tunjukkan di Bumi Pasai. Tempat yang akan beliau tuju adalah Blambangan. Bukan tanpa alasan jika Syaikh Maulana Ishaq memutuskan wilayah Blambangan sebagai tujuan dakwahnya. Syaikh Maulana Ishaq memiliki hubungan yang sangat baik dengan beberapa orang di daerah Blambangan.

Ketika Syaikh Maulana Ishaq sampai di daerah Blambangan tersiar kabar bahwa di daerah itu sedang dilanda suatu wabah penyakit ganas. Dan Puteri Kesayangan Adipati Blambangan juga terjangkit wabah tersebut. Bahkan di Sayembarakan barang siapa yang bisa menyembuhkan penyakit putri raja tersebut jika perempuan akan diangkat sebagai anak dan jika laki-laki akan dinikahkan dengan puterinya dan diangkat menjadi menantu.

Akhirnya sang putri bisa disembuhkan kemudian dilanjutkan dengan menyembuhkan seluruh warga Blambangan yang terkena wabah. Akhirnya Syaikh Maulana Ishaq dinikahkan dengan Dewi Sekardadu dari pernikahan ini beliau di karunia putra bernama Raden Ainul Yaqin ( Sunan Giri ). Dengan cara inilah beliau melakukan dakwah. Dengan jalan mengambil simpati para penguasa dan masyarakat di daerah Blambangan dan kemudian dilanjutkan dengan membangun sebuah Masjid di daerah Blambangan. Sehingga perkembangan dakwah Syaikh Maulana Ishaq dapat cepat berkembang di daerah Blambangan yang dulunya penduduknya mayoritas memeluk agama Hindu Budha.

Hasutan Patih Bajul Sengara di Blambangan
Tujuh bulan sudah Syekh Maulana Ishak menjadi adipati baru di Blambangan. Makin hari semakin bertambah banyak saja penduduk Blambangan yang masuk agama Islam. Sementara Patih Bajul Sengara tak henti-hentinya mempengaruhi sang Prabu dengan hasutan-hasutan jahatnya. Hati Prabu Menak Sembuyu jadi panas mengetahui hal ini.

Patih Bajul Sengara sendiri tanpa sepengetahuan sang Prabu sudah mengadakan teror pada pengikut Syekh Maulana Ishak. Tidak sedikit penduduk Kadipaten yang dipimpin Syekh Maulana Ishak di culik, disiksa dan dipaksa kembali kepada agama lama.

Walau kegiatan itu dilakukan secara rahasia dan sembunyi-sembunyi pada akhirnya Syekh Maulana Ishak mengetahui juga. Pada saat itu Dewi Sekardadu sedang hamil tujuh bulan. Syekh Maulana Ishak sadar, bila hal itu diteruskan akan terjadi pertumpahan darah yang seharusnya tidak perlu.

Kasihan rakyat jelata yang harus menanggung akibatnya. Maka dia segera berpamit kepada istrinya untuk pergi meninggalkan Blambangan. Demikianlah pada tengah malam dengan hati berat karena harus meninggalkan istri tercinta yang hamil tujuh bulan, Syekh Maulana Ishak berangkat meninggalkan Blambangan seorang diri.

Esok harinya sepasukan besar prajurit Blambangan yang dipimpin Patih Bajul Sengara menerobos masuk wilayah Kadipaten yang sudah ditinggalkan Syekh Maulana Ishak. Tentu saja Patih kecele walau seluruh isi istana di obrak-abrik dia tidak menemukan Syekh Maulana Ishak yang sangat dibencinya.

Dua bulan kemudian dari rahim Dewi Sekardadu lahir bayi laki-laki yang elok rupanya. Sesungguhnya Prabu Menak Sembuyu dan permaisurinya merasa senang dan bahagia melihat kehadiran cucunya yang montok dan rupawan itu. Bayi itu lain daripada yang lain, wajahnya ' mengeluarkan cahaya terang.

PERJALANAN DAKWAH KEMBALI DI PASAI
Setelah melakukan dakwah di daerah Blambangan Syaikh Maulana Ishaq akhirnya memutuskan untuk kembali ke Daerah Pasai dan disana Beliau mendirikan sebuah pesantren dalam rangka menyebarkan agama Islam di Pasai. Bahkan diceritakan Sunan Bonang dan Sunan Giri yang merupakan anaknya sendiri pernah belajar kepada Beliau tentang Ilmu agama Islam, Ilmu Tasawuf, Ilmu Fiqih, serta Ilmu Laduni di pesantren beliau. Di Pasai inilah beliau mendapat julukan Syaikh Awwalul Islam.

Konon setelah beberapa tahun tinggal di Pasai akhirnya Syaikh Maulana Ishaq memutuskan kembali ke Pulau Jawa dan tinggal di daerah Kemantren Paciran Lamongan hingga akhir hayat beliau.

MENYEMBUHKAN PENDUDUK DAERAH BLAMBANGAN DARI WABAH
Ketika Syaikh Maulana Ishaq sampai di daerah Blambangan tersiar kabar bahwa di daerah itu sedang dilanda suatu wabah penyakit ganas. Dan Puteri Kesayangan Adipati Blambangan juga terjangkit wabah tersebut. Bahkan di sayembarakan barang siapa yang bisa menyembuhkan penyakit putri raja tersebut jika perempuan akan diangkat sebagai anak dan jika laki-laki akan dinikahkan dengan puterinya dan diangkat menjadi menantu.

Setelah sampai di istana beliaupun akhirnya dizinkan masuk oleh para penjaga dan bertemu dengan Adipati Menak Sembuyu. Syaikh Maulana Ishaq menawarkan diri untuk mengobati penyakit sang Putri. “ Apakah kamu mau mengobati putriku,?” Tanya Adipati. “Akan saya coba, Kanjeng.” “Kamu seorang dukun juga?” “Bukan. Saya seorang Tabib. Semoga dengan cara saya putri paduka bisa segera sembuh.”

Adipati Menak Sembuyu tidak memiliki pilihan lain. Ia tak lagi mempermasalahkan siapa yang mengobati putrinya, dari mana ia berasal, dan apa agamanya. Syaikh Maulana Ishaq mulai memeriksa keadaan sang putri, mencari sumber penyakit yang di derita sang putri yang juga melanda sebagian warga kota Blambangan. Hingga akhirnya Syaikh Maulana Ishaq berkata “izinkan, saya pergi ke gunung dulu, paduka. Saya akan mencari beberapa tanaman untuk ramuan obat bagi putri Paduka.”. Akhirnya segera Beliau pergi ke gunung dengan diiringi beberapa murid dan dikawal beberapa prajurit Blambangan.

Akhirnya setelah mendapatkan bahan-bahan obat yang diinginkan. Syaikh Maulana Ishaq meramu obat dari dedaunan yang mereka ambil di gunung. Diberikan kepada putri Adipati sambil memberikan doa-doa untuk kesembuhan sang putri. Dan tak lupa Syaikh Maulana Ishaq juga menunaikan sembahyang khusus yaitu Shalat Hajat, meminta kepada Allah SWT demi kesembuhan putri Adipati. Atas kehendak Allah SWT akhirnya Dewi Sekardadu diberi kesembuhan. Dan Syaikh Maulana Ishaq adalah perantaranya. Racikan obat dan Doa adalah Sarananya.

Lain halnya dengan Patih Bajul Sengata. Dibiarkannya bayi itu mendapat limpahan kasih sayang keluarga istana selama empat puluh hari. Sesudah itu dia menghasut Prabu Menak Sembuyu. Kebetulan pada saat itu wabah penyakit berjangkit lagi di Blambangan. Maka Patih Bajul Sengara bikin ulah lagi.

“ Bayi itu Benar gusti Prabu ! Cepat atau lambat bayi itu akan menjadi bencana di kemudian hari. Wabah penyakit inipun menurut dukun-dukun terkenal di Blambangan ini disebabkan adanya hawa panas yang memancar dari jiwa bayi itu" kilah Patih Bajul Sengara dengan alasan yang dibuat-buat.

Sang Prabu tidak cepat mengambil keputusan, dikarenakan dalam hatinya dia terlanjur menyukai kehadiran cucunya itu, namun sang Patih tiada bosan-bosannya menteror dengan hasutan dan tuduhan keji akhirnya sang Prabu terpengaruhjuga.

KETELADANAN SYAIKH MAULANA ISHAQ
Dengan beberapa metode dakwah yang dilakukan oleh Syaikh Maulana Ishaq, tentu saja banyak sekali yang bisa kita petik hikmahnya.Salah satu keteladanan yang bisa dipetik yaitu strategi yang baik dalam berdakwah. Selain strategi dakwah dilakukan dengan cara mendirikan Masjid, mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat sekitar. Dan mengambil simpati masyarakat serta para pejabat dengan melakukan penyembuhan penyakit yang diderita oleh mereka.

Karena dalam berdakwah, hal yang paling dibutuhkan mengambil simpati dari masyarakat dan berbaur dengan masyarakat serta budayanya, agar mudah memberikan penjelasan dalam menyampaikan agama Islam berdasarkan budaya dan kepercayaan yang mereka anut sebelumnya. Sehingga secara tidak langsung maka mereka akan segera cepat dapat meyakini ajaran agama Islam yang sedang disebarkan oleh Syaikh Maulana Ishaq. Dan akhirnya mereka berbondong-bondong beralih memeluk agama Islam tanpa adanya suatu paksaan apapun.

REFERENSI

  1. Agus Sunyoto. Atlas Walisongo. Tangerang : Mizan, 2018.
  2. Lembaga Riset Islam Pesantren Luhur Malang & Panitia Penelitian Dan Pemugaran Sunan Giri. Sejarah Perjuangan dan Dakwah Islamiyah Sunan Giri. Malang: Pustaka Luhur, 2014.
  3. Mukarrom, Akhwan. Sejarah Islam Indonesia I. Surabaya: Uin Sunan Ampel, 2014.
  4. Soekarman. Babad gresik I, alih bahasa. Surakarta: Radya Pustaka, 1990.
  5. Soekarman. Babad gresik II, alih bahasa. Surakarta: Radya Pustaka, 1990.
  6. Widodo, Imam Dukut dkk. Grisse Tempo Doeloe . Gresik: Pemerintah Kabupaten Gresik, 2014.