11 Pangeran Mekah / PA Soeria Atmadja Koesoemah Adinata (BS 15 1882-1918) / Aom Sadeli

public profile

11 Pangeran Mekah / PA Soeria Atmadja Koesoemah Adinata (BS 15 1882-1918) / Aom Sadeli's Geni Profile

Share your family tree and photos with the people you know and love

  • Build your family tree online
  • Share photos and videos
  • Smart Matching™ technology
  • Free!

11 Pangeran Mekah / PA Soeria Atmadja Koesoemah Adinata (BS 15 1882-1918) / Aom Sadeli

Birthdate:
Birthplace: Sumedang Regency, West Java, Indonesia
Death: June 01, 1921 (70)
Pemakaman Ma'ala, Mecca, Makkah Province, Saudi Arabia (Pergi Haji ke Mekkah Al-Mukaromah 23 April 1921)
Immediate Family:

Son of P. Soegih / PAA Soeria Koesoemah Adinata / R. Somanagara and #3 NRA. Nataningrat / Ratnaningrat (Hj. Siti Aminah)
Husband of 14 NRA. Radjaningroem (w. Ma'la Bersama Suami)
Father of #1 NR. Jogjainten Soeria Atmadja (Oebed)
Brother of Private; NR Banoningrat Koesoemah Adinata; NR Radjapermana Koesoemah Adinata and NR. Ayu Radjaretnadi (Garwa Padmi)
Half brother of Rd Sadikin KOESOEMAH ADINATA; Private; Private; NR. Ayu Radjaretnadi (Garwa Padmi); Kandjeng Pangeran Aria Soeriaatmadja or Pangeran Mekah (Bupati Sumedang) and 136 others

Occupation: Bupati Sumedang 20 (1882-1919)
Managed by: Private User
Last Updated:

About 11 Pangeran Mekah / PA Soeria Atmadja Koesoemah Adinata (BS 15 1882-1918) / Aom Sadeli

Pangeran Aria Suria Atmadja Koesoemah Adinata (Pangeran Mekah)

Bupati Sumedang 19 (1836-1882)
Wedana di Ciawi : 7 Februari 1871
Gelar “Rangga” 13 Maret 1879
Bupati Sumedang 20 (30 Desember 1882-1919) dilantik secara resmi 31 Januari 1883 di Sumedang

Lahir : R.Sadeli, 11 Januari 1851 putra ke-2 Pangeran Suria Kusumah Adinata alias Pangeran Sugih
Wafat : Mekah Al-Mukaromah, 1 Juni 1921, (Pada tanggal 23 April 1921 beliau berangkat ke tanah suci dan wafat di Mekkah serta dikebumikan di pemakaman MA’ala pada tanggal 1 Juni 1921, Oleh karena itu lah, Pangeran Aria Soeria Atmadja mendapat gejar Pangeran Mekah.

Menjabat Bupati Sumedang 36 tahun, sejak tanggal 31 Januari 1883 sampai dengan tanggal 17 April 1919

Pengangkatan Bupati Sumedang Adipati Aria Soeria Atmadja

Setelah diangkat menjadi Pangeran pada November 1910. Selama masa jabatan pada pemerintahan, beliau banyak memberi perhatian pada masalah keagamaan, pendidikan, anak-anak dan generasi muda, pertanian, perekonomian kerakyatan, peternakan, pelestarian lingkungan hidup, kesehatan bahkan perhubungan, politik, dan keamanan.

Beliau banyak sekali mewakafkan tanah untuk kegunaan keagamaan dan kesejahteraan rakyat. Diantara sekian banyaknya wakaf beliau, adalah Sekolah Pertanian di Tanjungsari, dahulu namannya Landbouwshool, luasnya kira-kira 6 (enam) bau. Tanah seluas itu dibeli dengan uang beliau seharga f.3.000,-, demikian pula dengan pembangunan sekolah, didirikan atas biaya pribadi beliau sendiri. Guru sekolah pertanian yang pertama ialah R. Sadikin. Sekolah Pertanian di Tanjungsari ini menjadi kebanggaan masyarakat di Jawa Barat.

Oleh sebab sudah merasa tua Pangeran Aria Soeria Atmadja meminta turun dari jabatannya dari jabatannya sebagai Adipati / Bupati Kabupaten Sumedang. Oleh Pemerintah Belanda diijinkan serta dipensiunkan oleh Gubernur Belanda tanggal 17 bulan Maret tahun 1919, serta pindah dari kabupaten, bumen-bumen (tinggal) di Sindangtaman (yang mana tanah tersebut tanah keluarga Rd. Entjoh Soerialaga, wafat Wafat selasa 1 November 1921)

Selang 2 tahun tinggal di Sindangtaman Pangeran Aria Soeria Atmadja tanggal 21 bulan Maret tahun 1921 (15 Rewah 1339), berangkat menunaikan rukun Islam ke 5, beliau berangkat menunaikan Ibadah Haji, cuma setelah melaksanakan ibadah Haji Pangeran Mekah wafat disana, begitu juga isterinya dan pengiring badal-nya juga meninggal di tanah Mekah, tidak kembali lagi ke Sumedang, sempurna meninggal di tanah Suci Mekah. (penj. pengiring badal adalah pengiring ahli agama yang menuntun Pangeran Soeria Atmadja ketika menunaikan ibadah Haji).

Sepeninggal Pangeran Aria Soeria Atmadja, digantikan oleh saudara sebapa dari Pangeran Soeria Koesoemah Adinata, oleh sebab tidak mempunyai putra laki-laki dan hanya berputra seorang perempuan satu dan putra laki-laki satu pun meninggal duluan. Sebagai gantinya, dalam bisloeit dan pengsiun tanggal 17 bulan Maret tahun 1919, di tunjuk adik Pangeran Aria Soeria Atmadja, yang semula sebagai Wadana Plumbon yaitu Rd. Koesoemadilaga menjadi Bupati.

Penghargaan yang diterima oleh Rd. Koesoemadilaga yaitu :

  • dari G.b 24/8/1923 : dengan gelaran "Aria".
  • dari G.b 31/8/1926 : mendapat gelaran Adipati.
  • dari G.b 24/8/1931 : mendapat kepangkatan Songsong Kuning.
  • dari G.b 25/8/1936 : mendapatkan Bintang Emas Besar (G.G.S).
  • dan 30 Januari 1937, Rd. Aria Koesoemadilaga, menyerahkan pekerjaan di Kabupaten ke putra keponakannya (G.b 28/1/1937) sebagai wakilnya, dari Patih Karawang Rd. Kandaroean Soeria Soemantri, dilantik di Sumedang tanggal 6 Maret 1937.

Pangeran Aria Soeria Atmadja diantara para Bupati se-Priangan Timur

Pangeran Suria Atmadja adalah Seorang bupati sumedang terakhir yang mendapat gelar Pangeran, sehingga disebut pangeran panungtung (Terakhir) Pangeran Aria Suria Atmadja merupakan pemimpin yang adil, bijaksana, saleh dan taqwa kepada Allah. Raut mukanya tenang dan agung, memiliki disiplin pribadi yang tinggi dan ketat. Wibawa Pangeran Aria Suria Atmadja sangat besar yang memancar dari 4 macam sumber :

a. Kedudukannya sebagai bupati.
b. Patuh dan taqwa dalam agama.
c. Kepemimpinannya yang tinggi.
d. Displin yang tinggi. Pangeran Aria Suria Atmadja ketika mendapat penghargaan bintang jasa.

Pangeran Aria Suria Atmadja memiliki jasa dalam pembangunan Sumedang di beberapa bidang, antara lain :

  • BIDANG PERTANIAN; Membangun aliran irigasi di sawah-sawah, penanaman sayuran, melakukan penghijauan di tanah gundul dan membangun lumbung desa. Pangeran Aria Suria Atmadja memberi ide bagaimana meningkatkan daya guna dan hasil guna pengolahan tanah, pembuatan sistem tangga (Terasering) pada bukit-bukit.
  • BIDANG PERTERNAKAN; Untuk meningkatkan hasil ternak yang baik di Sumedang, di datangkan sapi dari Madura dan Benggala dan kuda dari Sumba atau Sumbawa untuk memperoleh bibit unggul.
  • BIDANG PERIKANAN; Pelestarian ikan di sungai diperhatikan dengan khusus, jenis jala ikan ditentukan ukurannya dan waktu penangkapannya agar ikan di sungai selalu ada. Penangkapan ikan dengan racun atau peledak di larang.
  • BIDANG KEHUTANAN; Daerah-daerah gunung yang gundul ditanami pohon-pohon agar tidak longsor., selain dibuat hutan larangan / tertutup yaitu hutan yang tidak boleh diganggu oleh masyarakat demi kelestarian tanaman dan binatangnya. Binatang dan pohon langka mendapat pelindungan khusus.
  • BIDANG KESEHATAN; Penjagaan dan pemberantasan penyakit menular mendapat perhatian besar. Bayi dan anak-anak diwajibkan mendapatkan suntikan anti cacar diadakan sampai ke desa-desa. Masyarakat dianjurkan menanam tanaman obat-obatan di perkarangan rumahnya.
  • BIDANG PENDIDIKAN ; Pada tahun 1914 mendirikan Sekolah Pertanian di Tanjungsari dan wajib belajar diterapkan pertama kalinya di Sumedang. Pada tahun 1915 di Kota Sumedang telah ada Hollandsch Inlandsche School, mendirikan sekolah rakyat diberbagai tempat Sumedang dan membangun kantor telepon.
  • BIDANG PEREKONOMIAN; Pada tahun 1901 membangun “Bank Prijaji” dan pada tahun 1910 menjadi “Soemedangsche Afdeeling Bank”. Pada tahun 1915 mendirikan Bank Desa untuk menolong rakyat desa.
  • BIDANG POLITIK; Pada tahun 1916 mengusulkan kepada pemerintah kolonial agar rakyat diberi pelajaran bela negara / mempergunakan senjata agar dapat membantu pertahanan nasional. Ide ini dituangkan dalam buku "Indie Weerbaar" / Ketahanan Indonesia, tapi usul ini ditolak pemerintah Belanda. Pangeran Aria Suria Atmadja tidak mengurangi cita-citanya, disusunlah sebuah buku yang berjudul "Ditiung Memeh Hoejan" dalam buku itu dikemukakan lebih jauh lagi agar Belanda kelak perlu mempertimbangkan dan mengusahakan kemerdekaan bagi rakyat Indonesia. Pemerintah kerajaan Belanda memberi reaksi hingga dibuat benteng di kota Sumedang, benteng gunung kunci dan Palasari.
  • BIDANG KEAGAMAAN; Bidang keagamaan mendapat perhatian yang besar dari Pangeran Aria Suria Atmadja. Mesjid dan pesantren mendapat bantuan penuh, peningkatan pendidikan agama mulai dini
  • BIDANG KEBUDAYAAN ; Bidang kebudayaan dapat perhatian besar dari Pangeran Aria Suria Atmadja khususnya Tari Tayub dan Degung. Selain ahli dalam sastra sunda, Pangeran Aria Suria Atmadja pun membuat buku dan menciptakan lagu salah satunya Lagu Sonteng.
  • BIDANG LAINNYA ; Membangun rumah untuk para kepala Onderdistrik, dibangunnya balai pengobatan gratis, dan menjaga keamanan diadakan siskamling. Masih banyak jasa lainnya dan atas segala jasanya dalam membangun Sumedang, baik itu pembangunan sarana fisik tetapi juga pembangunan manusianya.

Salah satu nasehat Pangeran Mekah untuk generasi sunda, ia menulis sebagai berikut :

"PEPELING KASAGALA BAROEDAK SOENDA"
"BARIS KA SAGALA BAROEDAK SOENDA AING NENEDA KA GOESTI NOE MAHA KAWASA, MOEGA-MOEGA ATI MARANEH DIBOEKAKEUN KANA PANEMOE ELMOE LAMOEN MARANEH NGADENGE PAPATAH NOE HADE SOEPAYA TEREH NGAHARTI SOEMAWONNA KANA PAPATAH-PAPATAH NOE GEUS SABABARAHATAOEN DIPAPATAHKEUN SOEPAYA DIIMANKEUN WANTI-WANTI PISAN.

PANEDA AING KA GOESTI ALLAH SOEPAYA MARANEH PINARINGAN KABOENGAHAN DJEUNG REDJEKI DI DOENIA IEU TEPI KANA POE BOENGSOENA (ADJAL), SARTA MOEGA DIDJAOEHKEUN TINA BAHLA JEUNG PANARINGAN OEMOER PANDJANG.

KITOE DEUI MASING ROENTOET ROEKOEN DJENG BARAJA MARANEH. MOEGA OELAH AJA SAOERANG OGE MARANEH NOE EUREUN MIKAHEMAN SAKABEHNA NOE MAPARIN GANDJARAN KA MARANEH.

TJEKEL PAPATAH AING IEU, SOEPAJA OELAH AJA SAOERANG OGE TINA ANTARA MARANEH NOE BOGA ATI BINGOENG LAMOEN MATAK MANGGIH BAHJA NOE KASEBOET DI DIEU, KARANA PAPATAH AING IEU NJA ETA BOEKTINA NOE DIPAPARINKEUN KA OERANG SAREREA. SARTA LAMOEN AING NERANGKEUN KA MARANEH BOEKTINA TEA, NJA ETA SAESTOE-ESTOENA MAH DIDATANGKEUNNANA KOE NOE MAHA KAWASA.

POEGOEH MARANEH DIKAWASAKEUN PIKEUN BISA NARIMA ISARAT NOE DIDATANGKEUN KOE GOESTI ALLAH KA MARANEH. MARANEH BISA MAKSA NGEUREUNKEUN KALAKOEAN NOE GORENG, KARANA GOESTI ALLAH NOE KAWASA NOEDOEHKEUN KANA DJALAN NOE MOELOES KA MARANEH DIPILAMPAH DI DOENIA IEU. TANGTOE MARANEH DJADI TJONTO PIKEUN DITOEROETAN KOE SASAMA MARANEH DJENG TANGTOE SAKABEHNA MANOESA SAROEKAEUN KA MARANEH.

SARTA BEH DITOENA MARANEH NGARASA BAGDJA TEUPI KA ANAK INTJOE. MARANEH SAREREA NOE SAENDENGNA PADA NGARIMANKEUN KANA MAKSOED AING TEA. AING NJERENKEUN ETA PAPATAH AING NOE PANOENGTOENGAN SAKEDAH POLAH. KARANA AING NGARASA GEUS KOLOT MOAL SABARAHA DEUI NJA OEMOER.

KOELANTARAN TOELISAN AING IEU, SOEPAJA MANGKE DIMANA OERANG GEUS PAPISAH, MOEGAMOEGA MARANEH DJADI DJALMA PINTER, BISA NGADJI DJEUNG NGINGET-NGINGETKEUN TJARITA IEU; DIPIKIR BEURANG DJEUNG PEUTING.
DJEUNG BEH DITOENA MOEGA-MOEGA MARANEH BISA NOEROETAN KAROEHOEN MARANEH MOEGA-MOEGA BISAEUN MINDAHKEUN NAON KAKOERANGAN DIRI MARANEH MOEGA SALAWASNA DIRAKSA.

LAMOEN MARANEH GEUS NGARASA KAPAPATENAN DOELOER TJARA AING KAPAPATENAN KOE KAROEHOEN AING POMA MARANEH OELAH REK POHO NGAHORMAT.

NOELOENGAN DJEUNG NOEROET NOE WADJIB PIKEUN MARANEH NARANDAKEUN DJALAN KABENERAN SANADJAN KOE DJALAN SEDJEN. ETA PANGHORMAT AING NOE PANOENGTOENGAN KA MARANEH, SAMEMEHNA NJAWA AING DIPOENDOET KOE NOE KAGOENGAN. KOE SABAB ETA NJAWA AIN G DI AEHERAT MOAL ERA KOE BANGSA SASAMA AING.JEN AING GEUS DITAKDIRKEUN KOE GOESTI ALLAH DILANTARANKEUN PITOELOENGNA KANGDJENG GOUVERNEMENT DIDJADIKEUN POERAH MAPATAHAN DJEUNG NGADJAK KA MARANEH SAREREA.

SAKITOE ETA PAMENTA AING KA MARANEH SAREREA SOEPAJA DITOEROET."(PANGERAN ARIA SOERIA ATMADJA)

Suksesi
Setelah merasa tua ia meminta berhenti dari jabatan bupati dengan Bisluit Gubernemen tanggal 17 April 1919. Ia menjabat Bupati Sumedang selama 36 tahun, sejak tanggal 31 Januari 1883 sampai dengan tanggal 17 April 1919. Dan jabatan bupati jatuh kepada saudaranya beda ibu, Pangeran Kusumah dilaga atau Dalem Bentang pada tahun 1919 .

Setelah pensiun ia kemudian menetap di Sindangtaman Desa Sindangjati di pinggiran kota Sumedang. Pada tanggal 23 April 1921 ia berangkat ke tanah suci dan meninggal di Mekkah dan dimakamkan di pemakaman MA’ala pada tanggal 1 Juni 1921. Karena itu dikemudian hari ia dikenal dengan nama Pangeran Mekah.

=====

Ieu Papatah Dalem Pangeran Mekah teh, langkung keuna anu janten pangagungna Kabupaten Sumedang sareng nu janten wawakil rakyatna, poma kitu deui urang salaku pamimpin keluarga.

1. Manusa mah kudu cicing dina rasa sareng rumasa, nganggo nyalikan dina korsi eling, mayungan meja wiwaha, nu ditaplakan ku iman, nganggo amparan ku kasabaran, ditelekungan ku elmu, nu dibanderaan ku ikhlas.

2. Manusa nu lumampah kudu tutunggangan wiwaha, bulu napas, diselaan ku asihan, dikadalian ku pamilih, disebrakan ku kahormatan satia, didudukuy ku lungguh, disanggawedian ku pangarti, sareng rintih, diapis buntutna ku jujur, nganggo pecutna ku elmu, nu dicandakna banderana sabar, panganggona ridho, soleh, pibalukareunnana kabagjaan. (Tah ieu jalanna jalmi Islam).

3. Kanggo nu nyarengannana kawalapadna Bani Adam nu disebut Islam, nu linggih dina korsi eling, sareng lumampah tunggang kuda miwaha :
- Ka pasrah,
- Ka sumerah,
- Ka ridho,
- Ka iklas,
- Ka tumamprah,
- Ka sumangga, kakudrat Illahi dikapalaan ku percaya. (Iman).

4. Sawangsulna manusa ulah aya dina jagal cidra sareng ngarasula, ulah linggih dina korsi hilap sareng bengbatan, mayunan meja lalawora, nu ditaplakan ku mang-mang, nganggo amparan ku kabarangasan, nganggo telekung ku hasud takabur, nyandak banderana haranga.

5. Anu lumampah tunggang kuda amarah, nu diselaan ku haranga, dikadalian ku dengki, disebrakan ku harak, didudukuy ku umangkuh, disanggawedian ku licik sareng delit, nganggo pecutnta ku takabur, diapis buntutna ku murugul, nu dicandak banderana Bengal, panganggona bohong, pibalukareunana bahaya. (Tah ieu jalana atanapi erelna Islam)

6. Kanggo nu nyarengan kawalapadna karunia Bani Adam nu di sebut islim, linggih dina korsi bengbatan, sareng kuda amarah :
- Ka reuwasan,
- Ka risi,
- Ka riweuh,
- Ka hariwang,
- Ka keueung,
- Ka sieun, dikapalaan ku mang-mang, numawi disebut jalmi islam.

Sumber :
- Sejarah Sumedang (Sambungan VA) ditulis oleh RA Natanagara, 1935 hal. 38-39
- R. Moch. Achmad Wiriamadja (SIKAP!, 2009)
- Koleksi; R.A.A Soeria Danoeningrat

[http://dediekisoerialaga.blogspot.com/2018/09/pangeran-suria-atmadj...]

=================================================

Petilasan Bumen-bumen (Rumah) Pangeran Mekah setelah turun dari kebupatian dan setelah mewakapkan harta pribadinya , kemudian tetirah (bumen-bumen) berada di Perum Asabri RT 09 / RW 05 saat ini tidak ada kuncennya karena Pak Enay Sunarya telah meninggal dunia.

Warga Sumedang, pasti sudah tahu Pangeran Aria Soeria Atmadja. Bahkan Patilasan Rumah Pangeran Mekkah itu, telah dijadikan sebagai cagar budaya. Seperti apa dan bagaimana kondisinya saat ini, berikut catatannya :

Dari sedikit peninggalan fisik itu adalah “Patilasan Rumah Pangeran Aria Soeria Atmadja”. Tempat dimana Pangeran Mekkah, julukannya, bertafakur menghabiskan masa pensiun setelah menjabat Bupati Sumedang selama 36 tahun (1882-1919 M).

"Petilasan Rumah Pangeran Mekah di kasih Plang ketika ketua pengurus yayasan Pangeran Sumedang adalah Haji Raden Lukman Hamid Soemawilaga (1988 – 1992 M), waktu itu pengurus yayasan mendapat laporan dari developer pengembang perumahan Asabri Sindangtaman, ketika tanah yang ada bekas pondasi rumah pangeran mekah akan dibuldoser, buldoser tidak jalan" keterangan dari Ketua Yayasan Nadzir Wakaf Pangeran Sumedang Rd. Lucky Djohari Soemawilaga. Namun Rd. Lucky Djohari Soemawilaga pun tak mengetahui asal mula tanah perum Sindangtaman.

Dari rumah yang berlokasi di Dusun Sindang Taman Desa Jatimulya Kecamatan Sumedang Selatan tersebutlah, Pangeran Mekkah pergi berburu rusa yang memang sangat disukainya. Lokasinya memang tidak jauh dari hutan-hutan tempat berburunya. Dan rumah panggung dengan tiga kamar tersebut, cukup jauh dari pemukiman warga. Rumah Petilasan Pangeran Mekah tersebut dibiarkan tidak berpenghuni.

Selain fondasi-fondasi yang kini di sekelilingnya tumbuh beberapa pohon besar, yang tersisa dari aksi pembakaran tersebut adalah sumur yang tepat berada di belakang rumah tempat Pangeran Mekkah tirakat.

Sumur itu masih sangat bermanfaat hingga sekarang. Pada musim kemarau pun, sumur tersebut seolah tidak pernah kehabisan air meski warga yang datang mengambil air siang malam.

Tepat di dekat sumur, terdapat tajuk tempat Pangeran Mekkah dan para punggawanya salat. Para gerombolan tidak sampai hati untuk membakar tajuk tersebut. Kini, tajuk tersebut sudah disulap menjadi sebuah masjid yang digunakan warga sekitar untuk salat dan aktivitas ibadah lainnya.

Saat ini, patilasan rumah Pangeran Mekkah sudah masuk dalam daftar cagar budaya. Di sekeliling fondasi yang masih tersisa, sudah dikelilingi pagar tembok pendek yang cukup kokoh. Di bagian bekas halaman depan rumah, dibuatkan tugu petunjuk cagarbudaya. Tak jauh dari tugu, di sebelah pojok timur telah dibangun pendopo untuk duduk-duduk dan berbincang di sekitar patilasan.

Tak jauh dari rumah yang menghadap ke sebelah selatan itu, terdapat Situ Rancabango. Sebuah kolam yang merupakan sumber irigasi untuk pertanian di sekelilingnya. Dengan alasan seringnya terjadi kebanjiran saat musim penghujan, beliau menyendat sumber mata airnya dan Situ Rancabango. Namun hal itu, tidak lagi bisa disaksikan saat ini.

Tidak hanya Situ Rancabango, rumah beliau yang konon didominasi kayu jati yang sudah hangus dibakar gerombolan pada tahun 1925. Dulunya yang ditempati Pangeran Soeriaatmadja adalah tanah Mas Entjoh Soerialaga (wafat 1 September 1921).

Secara garis darah dari Pangeran Soegih, Mas Entjoh Soerialaga “Menak Sumur Bandung Sumedang”, ke pangeran Soeriaatmadja masih terbilang kakeknya, namun berlainan garis keturunan Ibu dari Pangeran Soegih (Rd. Somanagara) nya, kalau Pangeran Mekah (Pangeran Soeriaatmadja) adalah putra kedua dari isteri ke 3 Rd. Somanagara (Pangeran Soegih) yaitu NRA. Ratnaningrat (putra Rd. Demang Soemadilaga Jaksa Sumedang, kalau Mas Entjoh Soerialaga adalah cicit dari isteri ke 2 Rd. Somanagara (Pangeran Soegih) yaitu NR. Ayoe Radja Pomerat, putra RAA Wiranata Kusumah III (Dalem Karang Anyar Bandung). Mas Entjoh Soerialaga adalah buyut penulis sendiri, silsilah dapat dilihat sbb :

Generasi ke 1
1. Rd, Somanagara (Pangeran Soegih) x NRA. Radjapomerat, isteri ke 2 (putra Rd. Ar. Wiranatakusumah III Bupati Karang Anyar Bandung), berputra :
1.2 NRA. Radjaningrat
1.3 NR. Hendranagara
1.4 Rd. Oemoer, tidak menikah
1.5 Rd. Moestambi, tidak menikah
1.6 Rd. Rangga Soerialaga (Among)
1.7 NR. Radjapermas
1.8 Rd. Somadiningrat
1.9 NRA. Sangkaningrat

1. Rd, Somanagara (Pangeran Soegih) x NRA. Ratnaningrat, isteri ke 3 (putra Rd. Demang Soemadilaga Jaksa Sumedang), berputra :
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.10 NRA. Radjaretnadi
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.11 Rd. Soeriaatmadja (Pangeran Mekah)
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.12 NR. Radjapermana
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.13 NR. Banoningrat
1.1.1.4.1.6.1.1.2.1.14 Rd. Soemawilaga

Generasi ke 2
1.6. Rd. Rangga Soerialaga (Among) pekerjaan Wadana Cibalagung Cianjur, mempunyai dua istri yaitu :
1. NR. Radjanagara (Enah), putra Rd. Aria Soerianagara (Dalem Alit) Patih Sumedang jaman Pangeran Soegih, berputra :
1.6.1 Rd. Somaatmadja Soerialaga (Badja), wadana di Conggeang, terus pindah ke Cibalagung Cianjur dan pindah lagi ke Bandung sebagai Naib di Bandung.
1.6.2 NR. Jogjapomerat

view all

11 Pangeran Mekah / PA Soeria Atmadja Koesoemah Adinata (BS 15 1882-1918) / Aom Sadeli's Timeline

1851
January 11, 1851
Sumedang Regency, West Java, Indonesia
1921
June 1, 1921
Age 70
Pemakaman Ma'ala, Mecca, Makkah Province, Saudi Arabia
????