Sltn Ageng Tirtayasa Abdul Fattah (Sultan Agung Tirtayasa)

public profile

Sltn Ageng Tirtayasa Abdul Fattah (Sultan Agung Tirtayasa)'s Geni Profile

Share your family tree and photos with the people you know and love

  • Build your family tree online
  • Share photos and videos
  • Smart Matching™ technology
  • Free!

Sltn Ageng Tirtayasa Abdul Fattah (Sultan Agung Tirtayasa)

Birthdate:
Birthplace: Banten, Indonesia
Death: 1692 (60-61)
Place of Burial: Banten, Indonesia
Immediate Family:

Son of 1 Sultan Abdul Ma'ali Ahmad Kenari [Versi 1] . and Ratu Ayu Mertakusumah
Husband of #2 Ratu Adi Kalsum and #1 Nyai Gede Ayu
Father of Banten,1652 Sultan Haji; R Purubays; 6 Tubagus Rajasuta; 7 Tubagus Rajaputra; 8 Maulana M. Mukhtar-Pandeglang and 27 others
Brother of Ratu Nengah; Pangeran Arya Elor; Pangeran Arya Ewaraja; Pangeran Arya Kulon and Ratu Ayu Ingalengkadipura
Half brother of Ratu Panenggak; Ratu Wijil; Ratu Puspita; Pangeran Arya Dipanegara (Tubagus Abdussalam / Pangeran Raksanagara); Pangeran Arya Ardikusuma (Tb. Abdurahman / Pangeran Singandaru) and 29 others

Occupation: Sultan Banten 1651-1683
Managed by: Private User
Last Updated:

About Sltn Ageng Tirtayasa Abdul Fattah (Sultan Agung Tirtayasa)

Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672) / Pangeran Surya Sultan Abul Fath Abdul Fattah

Putra Mahkota sebenarnya adalah Sultan Abul Ma’ali Ahmad, namun beliau meninggal lebih dulu daripada ayahnya yakni pada tahun 1650, sehingga hak kepewarisan tahta jatuh kepada anak beliau atau cucu dari Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir yakni kepada Pangeran Surya yang bergelar Sultan Abul Fath Abdul Fattah alias Sultan Ageng Tirtayasa.

Hubungan dagang dan kerja sama dengan pedagang-pedagang Eropa selain Belanda, seperti Inggris, Denmark, dan Prancis.

Pada tahun 1671, Raja Prancis Louis XIV mengutus François Caron, pimpinan Kongsi Dagang Prancis di Asia sekaligus pemimpin armada pelayaran ke Nusantara. Setelah mendarat di pelabuhan Banten, ia diterima oleh Syahbandar Kaytsu, seorang Tionghoa muslim. Pada 16 Juli 1671, raja didampingi oleh beberapa pembesar kerajaan mendatangi kediaman orang-orang Prancis di kawasan Pecinan. Caron meminta izin untuk membuka kantor perwakilan di Banten. Hal itu berangkat dari pengalaman Caron yang pernah bekerja pada VOC dan berambisi membuat kongsi dagang Prancis sebesar VOC.

Raja kemudian menanyakan tujuan kongsi dagang mereka, ke mana tujuan kapal-kapal mereka, barang dagangan yang diinginkan, dan jumlah uang tunai yang mereka miliki. Sesudah itu pihak Prancis berusaha menjual barang muatan mereka. Barang-barang dagangan apa saja dapat dijual, kecuali candu yang dilarang keras beredar di Banten.

Caron kembali mengunjungi raja dan menghadiahkan getah damar, dua meja besar (yang dibawa dari Surat, India), dua belas pucuk senapan, dua jenis mortir, beberapa granat, dan hadiah lain. Caron dan Gubernur Banten kemudian menyetujui perjanjian yang berisi sepuluh kesepakatan mengenai pemberian kemudahan dan hak-hak khusus kepada pihak Prancis, sama dengan yang diberikan kepada pihak Inggris.

VOC dengan perjanjian monopoli perdagangannya dianggap merugikan Kesultanan Banten. Sultan Ageng menolak perjanjian tersebut serta membuat Banten sebagai pelabuhan terbuka dan menjadi kerajaan islam besar. Disisi lain pada bidang ekonomi, Sultan ageng telah melakukan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan membuka lahan untuk sawah-sawah baru dan pengembangan sistem irigasi, serta mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti kerajaan dan penasehat sultan.

Setelah Kejayaan Kerajaan Banten mengalami kemunduran akibat terjadi konflik dalam keluarga saat Sultan Ageng mengangkat Putranya (sultan Haji) sebagai Raja pembantu, akan tetapi Sultan Haji membuat hubungan baik dengan Belanda yang memancing kekecewaan Sultan Ageng sehingga Sultan Ageng berniat untuk mencabut jabatan Raja pembantu. Sultan Haji berusaha untuk tetap dalam jabatan serta disisi lain Belanda telah ikut campur dan bersekutu bersama Sultan Haji untuk menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa. Peristiwa ini memunculkan perang saudara sehingga pada perang tersebut Sultan Ageng tertangkap kemudian dipenjarakan hingga wafat di Batavia pada tahun 1691.

Puputra 29 :
1. Sultan Abu Nasr Abdul Kahhar Sultan Haji (1672-1687)
2. Pangeran Arya 'abdul 'Alim
3. Pangeran Arya Ingayudadipura
4. Pangeran Arya Purbaya
5. Pangeran Sugiri
6. Tubagus Rajasuta
7. Tubagus Rajaputra
8. Tubagus Husaen
9. Raden Mandaraka
10. Raden Saleh
11. Raden Rum
12. Raden Mesir
13. Raden Muhammad
14. Raden Muhsin
15. Tubagus Wetan
16. Tubagus Muhammad 'Athif
17. Tubagus Abdul
18. Ratu Raja Mirah
19. Ratu Ayu
20. Ratu Kidul
21. Ratu Marta
22. Ratu Adi
23. Ratu Ummu
24. Ratu Hadijah
25. Ratu Habibah
26. Ratu Fatimah
27. Ratu Asyiqoh
28. Ratu Nasibah
29. Tubagus Kulon