I Mallombasi Daeng Mattawang Muhammad Bakir Karaeng Bontomangape Tuminanga ri Ballapangkana

public profile

I Mallombasi Daeng Mattawang Muhammad Bakir Karaeng Bontomangape Tuminanga ri Ballapangkana's Geni Profile

Share your family tree and photos with the people you know and love

  • Build your family tree online
  • Share photos and videos
  • Smart Matching™ technology
  • Free!

I Mallombasi Daeng Mattawang Muhammad Bakir Karaeng Bontomangape Tuminanga ri Ballapangkana

Indonesian: I Mallombasi Daeng Mattawang Muhammad Bakir Karaeng Bontomangape Tuminanga ri Ballapangkana, Sultan Hasanuddin Raja Gowa ke-16
Also Known As: "Ayam Jantan dari Timur"
Birthdate:
Birthplace: Gowa Regency, South Sulawesi, Indonesia
Death: June 12, 1670 (39)
Gowa Regency, South Sulawesi, Indonesia
Place of Burial: Gowa Regency, South Sulawesi, Indonesia
Immediate Family:

Son of I Mannuntungi Dg. Mattola Krg. Lakiyung Sultan Malikussaid Raja Gowa ke-15 (1605-1653), Tumenanga ri Papang Batunna and I Sabbe Lo'mo Daeng Takontu Karaeng Pattopakang
Husband of I Bate Daeng Tommi Karaeng Pabiniyang Siti Maimuna Tumenanga-ri Bonto Biraeng (I Majannang Lo'mo Tobo); I Talele Puanna Petta Daeng Nisali and I Lo'mo Dayang
Father of I Rukayyah Daeng Mami Karaeng Ejayya Sombayya ri Gowa; Sultan I Mappaossong Daeng Mangewai Karaeng Bisei Sultan Mohammad Ali Tumenanga ri Jakattara Raja Gowa ke-18; I Mannindori Kare Tojeng Daeng Tojeng karaeng galesong; Private; Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu' Somba Gowa Xvii and 8 others
Brother of I Patimang (I Sani) Daeng Nisaking Karaeng Bonto Je'ne (Dg. Nisabbeng) and I Pangka Dampu Krg. Bonto Matte'ne Kr. Bonto Mate'ne
Half brother of I Yandulu Daeng Mangalle/Oja Pacdi Daeng Mangalle and I Ranga Daeng Marannu

Occupation: King of the Kings
Managed by: I Esse' Mappatompo'
Last Updated:

About I Mallombasi Daeng Mattawang Muhammad Bakir Karaeng Bontomangape Tuminanga ri Ballapangkana

Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-15 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape sebagai nama pemberian dari Qadi Islam Kesultanan Gowa yakni Syeikh Sayyid Jalaludin bin Muhammad Bafaqih Al-Aidid, seorang mursyid tarekat Baharunnur Baalwy Sulawesi Selatan sekaligus guru tarekat dari Syeikh Yusuf dan Sultan Hasanuddin. Setelah menaiki Tahta sebagai Sultan, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Osten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Kabupaten Gowa. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.[1] Nominal seratus repes

Monumen Sultan Hasanuddin di Makassar, Pantai Losari

Makam Sultan Hasanuddin di Sungguminasa Sultan Hasanuddin lahir di Gorongtalo, merupakan putera kedua dari Sultan Dimas Lintang, Raja Gowa ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa, ketika Belanda yang diwakili Kompeni sedang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah. GOWA merupakan kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan.[1]

Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman, Kompeni berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, tetapi belum berhasil menundukkan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan Hasanuddin naik takhta, ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk melawan Kompeni.

Pertempuran terus berlangsung, Kompeni menambah kekuatan pasukannya hingga pada akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah sehingga pada tanggal 18 November 1667 bersedia mengadakan Perdamaian Bungaya di Bungaya. Gowa merasa dirugikan, karena itu Sultan Hasanuddin mengadakan perlawanan lagi. Akhirnya pihak Kompeni minta bantuan tentara ke. Batavia. Pertempuran kembali pecah di berbagai tempat. Sultan Hasanuddin memberikan perlawanan sengit. Bantuan tentara dari luar menambah kekuatan pasukan Kompeni, hingga akhirnya Kompeni berhasil menerobos benteng terkuat Gowa yaitu Benteng Sombaopu pada tanggal 12 Juni 1669. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari takhta kerajaan dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670.