Ratu Emas Harisbaya/Nyi Mas Ratu Narantaka

Kutamaya, Sumedang Larang

Ratu Emas Harisbaya/Nyi Mas Ratu Narantaka's Geni Profile

Share your family tree and photos with the people you know and love

  • Build your family tree online
  • Share photos and videos
  • Smart Matching™ technology
  • Free!

About Ratu Emas Harisbaya/Nyi Mas Ratu Narantaka

ONLY PGN RG GEMPOL I LINK AS HER CHILD, SEE NOTES IN ABOUT-ME IN PGN GEUSAN OELOEN.

HER ANCESTOR PATH HAD 2 VERSIONS.

Info from Moggi / R.TB Moggi NorSatya GUNAWAN

Based from "Paririmbon Ka-Aria-an Parahiyang" .compiled by "Bale Adat Kaum Parahiyang, ordered by Kanjeng Aria Gerendeng V.R.A Idar Dilaga on 1830. Noted the childrents of Prabu Geusan Ulun from the wife, Ratu Harisbaya are :

  1. . Suriadiwangsa 1 / Pangeran-Rangga-Gempol-I-KOESOEMADINATA-III.
  2. . Pangeran-Tmg-Tegal-Kalong.
  3. . Rd-Aria-Wiraradja-I-Pangeran-Jaga-Laut.
  4. . Rd-Rg-Nitinagara-or-Dlm-Rg-Nitinagara-Knj-Dlm-Adp-Rg-Nitinagara.

NOTES ON 14 SEPTEMBER 2010/EM:

PLEASE DO NOT MERGE THIS PROFILE AT THIS TIME

Versi pertama: Putri Sindang Kasih, tanpa info lanjutan (Silsilah Rd. Kd. Soema di Pradja).

Versi kedua: Nyi Armilah, dan ada yg mnyebutkan putri Ki Gedeng Badori. (catatan Richadiana Kartakusuma dan Asep Firmansyah).

Versi ketiga: Ratu Martasari putri Sunan Gunung Jati (Silsilah Bapak Karmawan Djajadipoera dan bagan silsilah Eko Supijandi Sastraatmadja)

Info tambahan :

  1. http://remajanuhi.blogspot.com/p/artikel.html
  2. https://mcdens13.wordpress.com/tag/embah-gendeng-badori/
  3. http://dokue.blogspot.com/2014/01/makalah-situs-sejarah-majalengka....

Dan nama lain Siti Armilah / Nyi Gedeng Badori di cirebon dan sumedang adalah Nyi Mas Ratu Mertasari/adik dari Pangeran Trusmi (dua anak dari Sunan Gunung Jati dari Nyi Gedeng Babadan / Kusumasari), Siti Armilah / Nyi Gedeng Badori / Ratu Mertasari dinikahi oleh Pangeran Muhammad / Pangeran Palakaran / Pamelekaran putra dari Pangeran Panjunan (Putra dari Syech Datuk Kahfi)

Pada awal tahun 1500-an Pangeran Muhamad memperistri Siti Armilah seorang putri pemuka agama Islam di Sindang Kasih. Siti Armilah membantu suaminya menyebarkan ajaran agama Islam. Perkawinan Pangeran Muhamad dengan Siti Armilah dikaruniai seorang putra bernama Pangeran Santri. Pangran Santri inilah yang kemudian menikah dengan Ratu Pucuk Umun dari kerajaan Sumedang Larang. Pangeran Muhamad meninggal pada tahun 1546 dan dimakamkan di tempat ini. Versi lain kendatangan Pangeran Muhamad ke Majalengka adalah untuk mencari pohon maja yang akan dijadikan obat di Cirebon.


Ratu Emas Harisbaya/Nyi Mas Ratu Narantaka

Pada masa pemerintahan Prabu Geusan Ulun ada suatu peristiwa penting, menurut Pustaka Kertabhumi I/2 (h.70) peristiwa Harisbaya terjadi tahun 1507 saka atau 1585 M. Peristiwa ini dimulai ketika Prabu Geusan Ulun pulang berguru dari Demak dan Pajang, singgah di Keraton Panembahan Ratu (Pangeran Girilaya) penguasa Cirebon ketika Prabu Geusan Ulun sedang bertamu di Cirebon, sang Prabu bertemu dengan Ratu Harisbaya isteri kedua Panembahan Ratu yang masih muda dan cantik.

Harisbaya merupakan puteri Pajang berdarah Sampang-Madura (puteri Pangeran Adipati Katawengan) yang di “berikan” oleh Arya Pangiri (penguasa Mataram saat itu) kepada Panembahan Ratu (Pangeran Girilaya) penguasa Cirebon. Pemberian Harisbaya ke Panembahan Ratu oleh Arya Pangiri itu, bertujuan agar Panembahan Ratu bersikap netral, karena setelah Hadiwijaya raja Pajang wafat terjadilah perebutan kekuasaan antara keluarga keraton – Pajang yang didukung oleh Panembahan Ratu menghendaki agar yang menggantikan Hadiwijaya adalah Pangeran Banowo putra bungsunya, tetapi pihak keluarga Trenggono di Demak menghendaki Arya Pangiri putra Sunan Prawoto dan menantu Hadiwijaya sebagai penggantinya yang akhirnya Arya Pangirilah yang meneruskan kekuasaan di Pajang.

Selama berguru di Demak Prabu Geusan Ulun belajar ilmu keagamaan, sedangkan di Pajang berguru kepada Hadiwijaya belajar ilmu kenegaraan dan ilmu perang, selama di Pajang inilah Prabu Geusan Ulun berjumpa dengan Harisbaya dan menjalin hubungan kekasih yang akhirnya hubungan kekasih ini terputus karena Ratu Harisbaya di paksa nikah dengan Panembahan Ratu oleh Arya Pangiri. Ada kemungkinan setelah pulang berguru dari Demak dan Pajang Prabu Geusan Ulun singgah di Cirebon untuk memberikan ucapan selamat kepada Panembahan Ratu atas pernikahannya dengan Harisbaya dan sekalian melihat mantan kekasih.

Melihat mantan kekasihnya datang rasa rindu dan cintanya Harisbaya ke Geusan Ulun makin mengebu-gebu, setelah Panembahan Ratu tidur Harisbaya mengedap-edap mendatangi tajug keraton dimana Prabu Geusan Ulun beristirahat dan Harisbaya datang membujuk Geusan Ulun agar membawa dirinya ke Sumedang ketika itu Geusan Ulun bingung karena Harisbaya adalah istri pamanya sendiri sedangkan Harisbaya mengancam akan bunuh diri apabila tidak dibawa pergi ke Sumedang, setelah meminta nasehat kepada empat pengiringnya akhirnya malam itu juga Harisbawa dibawa pergi ke Sumedang.

Keesokan paginya keraton Cirebon gempar karena permaisuri hilang beserta tamunya, melihat istrinya hilang Panembahan Ratu memerintahkan prajuritnya untuk mengejar tetapi prajurit bayangkara Cirebon yang mengusul Geusan Ulun rombongan dapat dipukul mundur oleh empat pengiring sang Prabu.

Akibat peristiwa Harisbaya tersebut terjadilah perang antara Sumedang dan Cirebon, sebelum berangkat perang Jaya Perkosa berkata kepada Prabu Geusan Ulun, ia akan menanam pohon Hanjuang di Ibukota Sumedanglarang (Kutamaya) sebagai tanda apabila ia kalah atau mati pohon hanjuang pun akan mati dan apabila ia menang atau hidup pohon hanjuang pun tetap hidup, sampai sekarang pohon hanjuang masih hidup? Setelah berkata Jaya Perkosa berangkat bertempur karena pasukan Cirebon sangat banyak maka perangpun berlangsung lama dalam perang tersebut dimenangkan oleh Jaya Perkosa, dipihak lain Nangganan, Kondang Hapa dan Terong Peot kembali ke Kutamaya sedangkan Jayaperkosa terus mengejar pasukan Cirebon yang sudah cerai berai.

Di Kutamaya Prabu Geusan Ulun menunggu Jaya Perkosa dengan gelisah dan cemas, karena anjuran Nangganan yang mengira Senapati Jaya Perkosa gugur dalam medan perang agar Prabu Geusan Ulun segera mengungsi ke Dayeuh Luhur tanpa melihat dulu pohon hanjuang yang merupakan tanda hidup matinya Jaya Perkosa.

Maka sejak itu Ibukota Sumedanglarang pindah dari Kutamaya ke Dayeuh Luhur.

Keputusan Geusan Ulun memindahkan pusat pemerintahan ke Dayeuh Luhur sesungguhnya merupakan langkah logis dan mudah difahami. Pertama, dalam situasi gawat menghadapi kemungkinan tibanya serangan Cirebon, kedua benteng Kutamaya yang mengelilingi Ibukota belum selesai dibangun, ketiga, Dayeuh Luhur di puncak bukit merupakan benteng alam yang baik dan terdapat kabuyutan kerajaan.

Jaya Perkosa kembali ke Kutamaya dengan membawa kemenangan tetapi ia heran karena Ibukota telah kosong sedang pohon hanjuang tetap hidup akhirnya Jaya Perkosa menyusul ke Dayeuh Luhur dan setelah bertemu dengan Prabu Geusan Ulun, ia marah menanyakan kenapa Sang Prabu meninggalkannya tanpa melihat pohon hanjuang dulu, setelah mendengar penjelasan dari Prabu Geusan Ulun bahwa pindahnya Ibukota atas anjuran Nangganan maka Jaya perkosa marah kepada Nangganan karena merasa di khianati oleh saudaranya bahkan membunuhnya dan meninggalkan rajanya sambil bersumpah tidak akan mau mengabdi lagi kepada Prabu Geusan Ulun.

Terdengar kabar dari Cirebon terdengar bahwa Panembahan Ratu akan menceraikan Harisbaya sebagai ganti talaknya daerah Sindangkasih diberikan ke Cirebon. Akhirnya Prabu Geusan Ulun menikah dengan Harisbaya.