1 Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdul Kadir (Pangeran Ratu) SB-4

public profile

1 Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdul Kadir (Pangeran Ratu) SB-4's Geni Profile

Share your family tree and photos with the people you know and love

  • Build your family tree online
  • Share photos and videos
  • Smart Matching™ technology
  • Free!

1 Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdul Kadir (Pangeran Ratu) SB-4

Also Known As: "deceased"
Birthdate:
Death: March 10, 1651 (54-55)
Immediate Family:

Son of Maulana Muhamad Nashruddin [Sultan Banten ke-3 1585 - 1596] and Nyi Mas Nyimas Ratu Ayu Wanagiri (Dewi Rahmah) Wanagiri
Husband of Isteri; ratu nengah -banten; Nyimas Ratu Ayu Putri rangga singasari and Istri [Michael. Ari, Oriza]
Father of Sltn Ageng Tirtayasa Banten,1651; Kangjeng Maulana Mongal; Syarifah Khodijah Azmatkhan (Ratu Ayu); 2 Ratu Dewi; 3 Ratu Ayu and 41 others
Brother of Pangearan Ketib Salim

Managed by: R. Djody Djoeanda Soesena
Last Updated:

About 1 Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdul Kadir (Pangeran Ratu) SB-4

gelar sultan diperoleh dari syarif mekah yang bernama zaid pada masa itu



Notes on the lineage between Sultan Ageng Tirtayasa and Sultan Abumufakhir:

Based on history book, (one of these: Sejarah Perintisan Penyebaran Islam di Tatar Sunda by Drs Yuyus Suherman) and from wiki: http://id.wikipedia.org/wiki/Ageng_Tirtayasa_dari_Banten

Sultan Ageng Tirtayasa was the sonn of Sultan Abumufakhir.

From Silsilah Keluarga Banten and Jatinegara, Sultan Ageng Tirtayasa was the grandson of Sultan Abumufakhir, his father Sultan Abul Muali Ahmad died before Sultan Abumufakhir died .

After Sultan Abumufakhir died, the crown goes to his grandson Sultan Ageng Tirtayasa.

Maulana Abulmufachir Mahmud Abdul Kadir/Sultan Banten IV/Panembahan Kenari

Sumber lain :

http://nimusinstitut.blogspot.com/p/babad-banten.html

Sultan Abu Mufakhir memiliki putra yaitu pangeran pekik, ratu dewi, Ratu mirah, Ratu ayu dan pangeran Banten, sayang pangeran pekik yang merupakan putra mahkota kesultanan harus menjadi korban dalam peristiwa pagarege, beliau tewas dalam penyerangan yang dilakukan Kesultanan Cirebon.

Pangeran Pekik dari pernikahannya dengan Ratu Marta Kusumah putri Pangeran jayakarta menghasilkan beberapa putra yaitu Ratu Kulon, Pangeran Surya, Pangeran Arya Kulon, Pangeran Lor dan pangeran raja. sedangkan dari perkawinan dengan Ratu Wetan Pangeran Pekik memiliki putra yaitu Pangeran Wetan, Pangeran Kidul, Ratu Inten, dan ratu tinumpuk. dan dari isterinya yang lain Pangeran memiliki putra yaitu Ratu Petenggak, Ratu Wijil, Ratu Pusmita, Pangeran Arya dipenagara, dan pangeran singandaru.

http://www.nimusinstitute.com/silsilah-kesultanan-banten-1

SULTAN ABUL MAFAKHIR MAHMUD ‘ABDUL KADIR KENARI (1596-1651) berputra :

  1. Sultan ‘Abdul Maali Ahmad Kenari (Putra Mahkota)
  2. Ratu Dewi
  3. Ratu Ayu
  4. Pangeran Arya Banten
  5. Ratu Mirah
  6. Pangeran Sudamanggala
  7. Pangeran Ranamanggala
  8. Ratu Belimbing
  9. Ratu Gedong
  10. Pangeran Arya Maduraja
  11. Pangeran Kidul
  12. Ratu Dalem
  13. Ratu Lor
  14. Pangeran Seminingrat
  15. Ratu Kidul
  16. Pangeran Arya Wiratmaka
  17. Pangeran Arya Danuwangsa
  18. Pangeran Arya Prabangsa
  19. Pangeran Arya Wirasuta
  20. Ratu Gading
  21. Ratu Pandan
  22. Pangeran Wirasmara
  23. Ratu Sandi
  24. Pangeran Arya Jayaningrat
  25. Ratu Citra
  26. Pangeran Arya Adiwangsa
  27. Pangeran Arya Sutakusuma
  28. Pangeran Arya Jayasantika
  29. Ratu Hafsah
  30. Ratu Pojok
  31. Ratu Pacar
  32. Ratu Bangsal
  33. Ratu Salamah
  34. Ratu Ratmala
  35. Ratu Hasanah
  36. Ratu Husaerah
  37. Ratu Kelumpuk
  38. Ratu Jiput
  39. Ratu Wuragil

Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir / Sultan Agung / Pangeran Ratu

Lahir :1596
Bertahta : 1596 (usia 5 bulan) - 1651
Wafat : 10 Maret 1651, Pemakaman Kenari Banten

Sultan Maulana Muhammad wafat pada tahun 1596 di Palembang. Kemudian pada tanggal 23 Juni 1596, putranya yang baru berusia lima bulan diangkat menjadi raja Banten ke-4, sehingga untuk menjalankan roda pemerintahan ditunjuklah Mangkubumi Jayanegara sebagai walinya.

1602, Mangkubumi Jayanegara meninggal, jabatannya digantikan oleh adiknya. Namun 17 November 1602 ia dipecat karena berkelakuan tidak baik. Khawatir akan terjadi perpecahan dan iri hati, maka pemerintahan diputuskan untuk tidak dipegang oleh Mangkubumi, tetapi langsung oleh Ibunda Sultan, Nyimas Ratu Ayu Wanagiri.

8 Maret 1608 sampai 26 Maret 1609 terjadi perang saudara di antara keluarga kerajaan. Melalui usaha Pangeran Jayakarta akhirnya perang dapat dihentikan dan perjanjian damai dapat disepakati bersama. Banten kembali aman, kemudian diangkatlah Pangeran Arya Ranamanggala sebagai Mangkubumi baru sekaligus menjadi wali Sultan Muda. Untuk menertibkan kemanana Negara, Ranamangga menghukum Pangeran atau Penggawa yang melakukan penyelewengan. Januari 1624, Mangkubumi Pangeran Arya Ranamanggala mundur dari jabatannya karena sakit. Saat itu Abdulmafakhir sudah cukup dewasa, sehingga kekuasaan atas Kesultanan Banten sepenuhnya dipegang oleh Sultan Abdulmafakhir. Dua tahun kemudian tepatnya 13 Mei 1626 Pangeran Arya Ranamanggala meninggal dunia.

Pangeran Ratu merupakan Raja ke empat dari silsilah Kerajaan Banten. Pangeran Ratu juga memiliki nama lain yaitu Sultan Agung. Pangeran ratu yang menjadi penerus penguasa Kerajaan Banten masih berusia 5 bulan saat Ayahnya (Sultan Maulana Muhammad) wafat sehingga pemerintahan Kerajaan Banten diwalikan oleh Mangkubumi Jayanegara. Hal ini serupa Saat masa transisi kepemimpinan Sultan Maulana Yusuf kepada Sultan Maulana Muhammad, akan tetapi Mangkubumi Jayanegara juga wafat sehingga digantikan oleh adiknya, Pangeran Arya Ranamenggala.

Pergantian posisi Magkubumi oleh adiknya ini tidak berjalan mulus sebab Adik Mangkubumi Jayanegara memiliki kelakuan yang tidak baik sehingga dipecat dari posisi jabatan. Hal ini mengundang kekhawatiran sehingga pemerintahan diambil alih oleh Ibunda Pangeran Ratu yaitu Nyimas Ratu Ayu Wanagiri. Tak lama setelah itu Pada tanggal 8 Maret 1608 hingga 26 Maret 1609 terjadi perang saudara dalam Kerajaan Banten. Terdapat upaya yang berhasil dilakukan oleh Pangeran Jayakarta (pemimpin kota Jayakarta) sehingga peristiwa perang saudara dalam Kerajaan Banten dapat diselesaikan serta tercapainya perjanjian damai, sehingga keadaan Kerajaan Banten aman seperti sebelumnya.

Setelah perang saudara berakhir diangkatlah seorang Mangkubumi baru bernama Pangeran Arya Ranamanggala yang bertindak sebagai wali Pangeran Ratu. Langkah selanjutnya yang dilakukan Pangeran Arya untuk menjaga keamanan kerajaan dengan memberikan hukuman untuk Pangeran serta Penggawa yang melakukan tindakan penyelewengan.

Pada Januari 1624, Mangkubumi Pangeran Arya Ranamanggala menderita sakit sehingga memilih mundur dari jabatannya. Pada Saat itu Pangeran Ratu cukup dewasa, sehingga kepemimpinan Kerajaan Banten dipegang oleh Pangeran Ratu sepenuhnya. Sayangnya Dua tahun kemudian tepatnya 13 Mei 1626 sang Mangkubumi yaitu Pangeran Arya Ranamanggala wafat karena sakitnya yang dulu.

Kesultanan Banten pada masa Pangeran Ratu mengalami gejolak yaitu dengan datangnya VOC yang saat itu bertujuan untuk melakukan kegiatan monopoli perdagangan ternyata ditolak mentah-mentah oleh Pangeran Ratu menjadi titik awal kehancuran kerajaan.

Hal tersebut diakibatkan karena VOC memiliki pengaruh yang kuat serta kedudukan VOC di Batavia sejak tahun 1619 membuat konflik yang terjadi semakin klimaks. VOC melakukan Blokade terhadap pelabuhan perdagangan Banten sehingga pelabuhan tersebut tidak berkembang sehingga tindakan tersebut membuat semakin tegang hingga terjadi perang pada tahun 1633, akan tetapi konflik reda dan mencapai kesepakatan damai setelah 6 tahun, tetapi hubungan kedua pihak masih tegang. Pemerintahan Pangeran ratu berakhir setelah dirinya wafat dan digantikan oleh anaknya yaitu Ageng Tirtaayasa.