Immediate Family
-
daughter
-
daughter
-
son
-
daughter
-
daughter
About 1 Sultan Abdul Ma'ali Ahmad Kenari [Versi 1] .
Notes on the lineage between Sultan Ageng Tirtayasa and Sultan Abumufakhir:
Based on history book, (one of these: Sejarah Perintisan Penyebaran Islam di Tatar Sunda by Drs Yuyus Suherman) and from wiki: http://id.wikipedia.org/wiki/Ageng_Tirtayasa_dari_Banten
Sultan Ageng Tirtayasa was the son of Sultan Abumufakhir.
From Silsilah Keluarga Banten and Jatinegara, Sultan Ageng Tirtayasa was the grandson of Sultan Abumufakhir, his father Sultan Abul Muali Ahmad died before Sultan Abumufakhir died .
After Sultan Abumufakhir died, the crown goes to his grandson Sultan Ageng Tirtayasa.
Maulana Abulma'ali Achmad Rahmatullah/Pangeran Pekik/Kilen
SULTAN ‘ABDUL MA’ALI AHMAD, berputera:
1. Abul Fath Abdul Fattah
2. Ratu Panenggak
3. Ratu Nengah
4. Pangeran Arya Elor
5. Ratu Wijil
6. Ratu Puspita
7. Pangeran Arya Ewaraja
8. Pangeran Arya Kidul
9. Ratu Tinumpuk
10. Ratu Inten
11. Pangeran Arya Dipanegara
12. Pangeran Arya Ardikusuma
13. Pangeran Arya Kulon
14. Pangeran Arya Wetan
15. Ratu Ayu Ingalengkadipura
CH#1/39
Sultan Abul Ma’ali Ahmad (Pangeran Pekik)
w. 1650 M. (lebih dulu dari ayahandanya, Sultan Banten Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qodir) Sultan Abul Mafakhir mempunyai putera : Pangeran Pekik wafat setelah peristiwa Pagarage (1650).
Makamnya terletak di desa Kanari. Ratu Dewi, Ratu Mirah, Ratu Ayu, dan Pangeran Banten.
Hubungan Diplomatik pada masa pemerintahan Sultan Abdulmafakhir telah mulai secara intensif melakukan dengan kekuatan lain yang ada pada waktu itu, di antaranya kepada Raja Inggris, James I tahun 1605 dan tahun 1629 kepada Charles I. Selain itu, dia juga mengutus beberapa pembesar istana ke Mekkah pada tahun 1633. Utusan ini dipimpin oleh Labe Panji, Tisnajaya dan Wangsaraja. Dalam rombongan ini ikut pula Pangeran Pekik sebagai wakil ayahnya, sambil menunaikan ibadah haji.
Pemberian Gelar Sultan
Pada tahun 1636 Syarif Mekah dengan otorisasi Kesultanan Utsmaniyah memberikan pengesahan gelar Sultan kepada Abdulmafakhir beserta sang putra mahkota, Abu al-Ma'ali Ahmad, yang menjadikannya sebagai Raja Islam di Nusantara yang pertama kali resmi menggunakan gelar Sultan.
Sultan Abul Maa'li Akhmad (dari perkawinannya dengan Ratu Marta Kusumah puteri Pangeran Jayakarta) memiliki putera : Ratu Kulon, Pangeran Surya, Pangeran Arya Kulon, Pangeran Lor dan pangeran Raja. Dari perkawinannya dengan Ratu Aminah (Ratu Wetan) Sultan memiliki putera: Pangeran Wetan, Pangeran Kidul, Ratu Inten, dan Ratu Tinumpuk. Sedangkan dari isterinya yang lain, sultan memiliki putera : Ratu Petenggak, Ratu Wijil, Ratu Pusmita, Pangeran Arya Dipanegara (Tubagus Abdussalam/Pangeran Raksanagara), Pangeran Arya Dikusuma(Tubagus Abdurahman/Pangeran Singandaru)
Sultan Abul Mafakhir mangkat pada tanggal 10 Maret 1651. Jenazahnya dimakamkan di Kanari, dekat makam puteranya (Abul Ma'ali Akhmad). Sebagai penggantinya diangkatnya cucunya (Putera dari Abul Ma'ali Akhmad), yaitu Pangeran Adipati Anom Pangeran Surya Sebagai Sultan Banten V.
Pada 1636, Syarif Mekkah di Arab di bawah otorisasi Kesultanan Turki turut memberikan pula gelar sultan kepada putra Mahkota Sultan Banten Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qodir, dengan gelar Sultan Abul Ma’ali Ahmad. Penggelaran ini secara administratif membagi pembagian tugas sang putra Mahkota sebagai Sultan Wakil yang membantu mengurus urusan dalam negeri Banten. Sedangkan Sultan Penuh lebih mengurus urusan luar negeri Banten.
Sultan Abul Ma’ali Ahmad berjasa mengedarkan uang Banten yang dibuat dari besi dan Timah. Beliau meninggal lebih dulu daripada ayahnya yakni pada tahun 1650, sehingga hak kepewarisan tahta jatuh kepada anak beliau atau cucu dari Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir yakni kepada Pangeran Surya yang bergelar Sultan Abul Fath Abdul Fattah alias Sultan Ageng Tirtayasa.
1 Sultan Abdul Ma'ali Ahmad Kenari [Versi 1] .'s Timeline
1631 |
1631
|
Banten, Indonesia
|
|
1631
|
|||
1650 |
1650
|
||
???? | |||
???? | |||
???? | |||
???? | |||
???? | |||
???? | |||
???? |