14 Maulana Muhamad Nashruddin [Sultan Banten ke-3 1585 - 1596]

public profile

14 Maulana Muhamad Nashruddin [Sultan Banten ke-3 1585 - 1596]'s Geni Profile

Share your family tree and photos with the people you know and love

  • Build your family tree online
  • Share photos and videos
  • Smart Matching™ technology
  • Free!

About 14 Maulana Muhamad Nashruddin [Sultan Banten ke-3 1585 - 1596]

Maulana Muh.Nasruddin/Sultan Banten III/Panembahan Ratu Banten Seda Rana Ing Palembang
"Pangeran Sedangrana" Pangeran Ratu Ing Banten
MAULANA MUHAMMAD PANGERAN RATU ING BANTEN (1580-1596)

ANAKNYA ADALAH:

1. Pangeran Abdul Kadir


Maulana Muhammad Nashrudin Sultan Banten III (1580-1596 M)

Wafat : Palembang

Maulana Muhammad dikenal dengan sebagai seorang yang Shaleh. Untuk kepentingan penyebaran agama Islam beliau banyak mengarang kitab agama yang kemudian dibagikan kepada yang memerlukannya. Untuk sarana ibadat beliau banyak membangun masjid sampai ke pelosok desa. beliau pun selalu menjadi
imam dan khatib pada shalat Jum'at dan Hari raya. masjid Agung pun diperindah. Temboknya dilapisi porselen dan tiang atapnya dibuat dari kayu cendana. Untuk para wanita disediakan tempat khusus yang disebut Pawestren atau Pewadonan.

Pada masa pemerintahannya sudah dikembangkan sistem cor dan tempa logam dengan teknik metalurgi dalam membuat perhiasan dan persenjataan. Salah satu episode penting dalam pemerintahannya tentang kedatnagan kapal Belanda tahun 1596 di Pelabuahn Banten dipimpin ornelis De Houtman.

Maulana muhammad dinobatkan sebagai raja menggantikan Maulana Yusuf saat itu masih usia 9 tahun, akan tetapi karena Maulana muhammad masih anak-anak, sehingga jalannya pemerintahan kerajaan diatur oleh Mangkubumi Jayanegara selama kurun waktu tahun 1580 hingga 1596 sembari menunggu Maulana Muhammad dewasa. Setelah enam belas tahun berlalu, Ketika sudah dewasa Maulana Muhammad mulai menduduki jabatan sebagai penguasa Kerajaan Banten. Saat masa kepemimpinannya Sultan Maulana Muhammad melakukan perluasan wilayah. Tujuan perluasan wilayah Sultan Maulana Muhammad yaitu wilayah palembang sehingga sultan Maulana muhammad menyerang kesultanan palembang yang dulunya di dirikan oleh Ki Gendeng Sure.

Penyerangan kerajaan Palembang ini bermula karena Pendiri Kerajaan Palembang Ki Gedeng Sure merupakan keturunan Demak, serta kerajaan Banten yang juga memiliki silsilah keluarga dengan Demak sehingga Kerajaan Banten Merasa berhak atas Wilayah palembang. Dalam pertempuran melawan Palembang, pihak Kerajaan Banten mengalami kekalahan. Sultan Maulana Muhammad tewas akibat tertembak hingga wafat dalam pertempuran. Palembang gagal di taklukkan dan pasukan perang Kerajaan Banten mundur, Setelah ke wafatan Sultan Maulana Muhammad Pemerintahan Kerajaan Banten diturunkan kepada Pangeran Ratu.

Peristiwa menarik pada masa Maulana Muhammad adalah peristiwa penyerbuan ke Palembang. Penyerbuan ini bermula dari hasutan Pangeran Mas putera dari Aria Pangiri. Pangeran Mas berkeinginan menjadi raja di Palembang. Maulana Muhammad yang masih muda dan penuh semangat dihasutnya. Dikatakannya bahwa
Palembang dulunya adalah kekuasaan ayahnya sewaktu menjadi sultan di Demak.

Disamping itu dikatakannya pula bahwa rakyat Palebang saat itu masih banyak yang kafir. Terdorong oleh darah muda dan semangat untuk memakmurkan Banten dan mengembangkan agama Islam ke seluruh Nusantara, sultan pun dapat dipengaruhinya. Saran Mangkubumi dan para pembesar istana lainnya tidak diindahkan. Sehingga penyerbuan ke Palembangpun harus dilakukan.

Dengan 200 kapal perang berangkatlah pasukan Banten menuju Palembang. pasukan ini dipimpin langsung oleh Maulana muhammad didampingi Mangkubumi dan Pangeran Mas. Saat itu lampung, Seputih, dan Semangka (daerah-daerah kekuasaan Banten) diperintahkan untuk mengerahkan prajuritnya menyerang
Palembang melalui darat. Pertempuran hebat terjadi di sungai Musi hingga berhari-hari. Pasukan palembang nyaris dapat dipukul mundur. Tapi dalam keadaan yang hampir berhasil itu, Sultan yang memimpin pasukan dari kapal Indrajaldri tertembak oleh pasukan Palembang. Dan Sultan pun wafat dalam pertempuran tersebut. Penyerangan tidak dilanjutkan, dan pasukan Banten kembali tanpa hasil. Peristiwa gugurnya Sultan ini terjadi menuru sangsakala Prabu Lepas tataning prang atau pada Tahun 1596 M.

Maulana Muhammad wafat pada Usia muda (kira-kira 25 Tahun). Beliau meninggalkan seorang putera yang bernama Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir yang baru berusia 5 Bulan dari permaisurinya (Ratu wanagiri, puteri dari mangkubumi). Anak inilah yang nanti menggantikan dirinya. Setelah wafatnya, Maulana Muhammad diberi gelar Pangeran Seda Ing Palembang atau Pangeran Seda Ing Rana. Belai dimakamkan di serambi Masjid Agung.