{18} Pangeran Pasarean (Muhammad 'Tajul' Arifin)

public profile

{18} Pangeran Pasarean (Muhammad 'Tajul' Arifin)'s Geni Profile

Share your family tree and photos with the people you know and love

  • Build your family tree online
  • Share photos and videos
  • Smart Matching™ technology
  • Free!

{18} Pangeran Pasarean (Muhammad 'Tajul' Arifin)

Also Known As: "Pangeran Pasarean", "Dipati Carbon"
Birthdate:
Death: 1552 (56-58)
Demak, Demak Regency, Central Java, Indonesia
Immediate Family:

Son of Syarief 1 Sunan Gunung Jati (Maulana Syarif Hidayatulloh / Muhammad Nuruddin / Sri Mangana) Mahdoem Gunung Djati and Nyai NM Tepasari, [Versi 1]
Husband of Ratu Mas Nyawa (Ratu Ayu Wulan) . and Nyimas Gede
Father of Pgr. Dipati Carbon I / Pgr. Sawarga / Suwarga Pnb Ratu-1; 1 Pangeran Angka Wijaya / Panembahan Losari; Syarif Abdul Qahhar Mohd Arifin; Pangeran Kesatriyan (Adipati Tuban); Nyai Ratu Emas and 4 others
Brother of Nyi Mas Ratu Ayu / Janda Dipati Unus; Kyai Ratu Putih; Private and Pengeran2 dari Cirebon
Half brother of Pangeran Sendang Garuda; Pangeran Mangkura Trusmi; Dewi Sufiyah; Syech Syarif Abdurahman/Cirebon H. Djuwa; 5 Pangeran Jaya Kelana Mangkurat/ Maolana Wilayatulloh and 23 others

Managed by: Private User
Last Updated:

About {18} Pangeran Pasarean (Muhammad 'Tajul' Arifin)

Pangeran Muhammad Arifin.

Married to Ratu Ayu Wulan after Pangeran Bratakelana died, their child:

Panembahan Ratu I (Susuhunan Cirebon 1570-1640).

Petilasan Pangeran Pasarean

Situs Pangeran Pasarean terbagi menjadi beberapa bagian. Di bagian depan ada sebuah museum yang menjadi penyimpanan benda pusaka peninggalan Pangeran Pasarean. Di sampingnya ada sebuah musala dan tempat pertemuan yang biasa disebut dengan Pendopo Agung. Dahulu tempat tersebut juga yang digunakan Pangeran Pasarean untuk bermusyawarah.

Di bagian belakang situs langsung terhubung dengan aliran sungai Cipager yang dulunya menjadi batas Kerajaan Cirebon dan Pajajaran. Sedangkan di sebelah selatan terdapat pemakaman umum dan petilasan Pangeran Pasarean yang dinaungi dengan bangunan persegi panjang yang disusun dengan batu bata merah.

Sebelum masuk petilasan, ada sebuah gentong berisi air yang digunakan untuk bersuci. Di sekeliling bangunan petilasan banyak terdapat makam warga serta pohon besar yang berusia tua.
Diceritakan dalam keterangan tertulis di bagian depan situs. Pangeran Pasarean berangkat menuju ke Gunung Ciremai bersama dengan para pengawal dan sesepuh kerajaan. Setelah melewati daerah Plangon dan Sumber, Pangeran Pasarean melihat sebuah gundukan tanah yang menyerupai gunung. Lalu oleh Pangeran Pasarean menggoreskan senjatanya gundukan tanah tersebut sehingga menjadi sebuah daerah yang sekarang dikenal dengan Kelurahan Gegunung.

Konon bekas goresan senjata Pangeran Pasarean juga berubah menjadi aliran sungai yang sekarang dikenal dengan sungai Cipager. Berasal dari kata Ci yang berarti air dan Pager yang berarti batas. Sungai Cipager menjadi pembatas antara Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Cirebon.

Di daerah Gegunung juga Pangeran Pasarean bertemu dengan telik sandi atau intel dari kerajaan Pajajaran. Konon pada saat bertemu dengan Pangeran Pasarean. Telik sandi Pajajaran tersebut berwujud pasukan macan.

Awalnya hampir terjadi pertempuran antara telik sandi dengan rombongan Pangeran Pasarean namun hal itu dapat dicegah setelah mengetahui Pangeran Pasarean merupakan anak dari Sunan Gunung Jati. Keduanya bersepakat agar saling menjaga wilayah masing-masing.

Lama kelamaan daerah Gegunung yang dekat dengan sungai Cipager oleh Pangeran Pasarean dijadikan sebagai pusat markas untuk menjaga perbatasan antar dua kerajaan. Di Tempat itu juga menjadi tempat para prajurit berlatih perang. Sekarang tempat tersebut dikenal dengan Petilasan Pangeran Pasarean.

Hingga sekarang ada beberapa tradisi yang masih terus dilangsungkan di Petilasan Pangeran Pasarean seperti tradisi bubur suro, saparan, muludan, rajaban, ruwahan, maleman lailatul qodar dan juga syawalan.

Situs Keramat Pangeran Pasarean letaknya di Jalan Pangeran Pasarean, Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. Hingga hari ini situs Keramat Pangeran Pasarean dijaga oleh juru kunci yang bernama Hasan Ashari.


Sunan Gunung Jati remarried with Nyi Ageng Tepasari Ki Ageng Tepasan daughter, a former magnifying Majapahit. This is because Nyi Pakungwati died -not have children and Nyi Ong Tien also do not have children. From this marriage was born Ratu Ayu Wulung and Prince Muhammad Arifin (Prince Pasarean) who would replace him.


Pangeran Pasarean / Muhammad 'Tajul' Arifin

Lahir : 1495 M. Salah satu putra Syaikh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dari istrinya Nyimas Tepasari (putri dari Ki Ageng Tepasan dari Kerajaan Majapahit.
Wafat : 1546 M

Riwayat Nama Pangeran Pasarean

Disebut Pasarean karena sang ibu sudah meninggal saat mengandung, kemudian saat jenazah Nyi Mas Tepasari diletakkan dalam kubur, ia melahirkan sehingga sang anak dinamakan Pangeran Pasarean yang berarti lahir di dalam kubur, lalu sang anak diambil hingga hidup lama menjadi benih-benih keturunan Carbon. Pangeran Pasarean mempunyai nama asli yakni Muhammad Arifin. Muhammad Arifin merupakan putra dari Syarief Hidayatullah atau dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati, dari pernikahannya dengan Nyi Mas Tepassari. Keduanya bertemu pada saat Sunan Gunung Jati dengan Nyi Mas Tepassari melakukan pengembangan percepatan untuk penguatan posisi Cirebon yakni dengan cara menjalin hubungan yang lebih erat dengan Kerajaan Islam di pesisir pulau Jawa yakni Kerajaan Demak. Maka, suatu ketika Syarif Hidayatullah berkunjung ke Demak untuk menemui Raden Fatah yang merupakan sultan Demak pertama atas undangannya dalam rangka memenuhi undangan para walisongo untuk membantu penyelesaian pembangunan Masjid Agung Demak. Setibanya di Demak, Syarief Hidayatullah pun menetap disana selama beberapa waktu yang cukup lama. Selama menetap di Demak ini, Syarif Hidayatullah bertemu dengan Nyi Mas Tepassari, anak dari Ki Ageng Tepasan dari Kerajaan Majapahit.

Pada tahun 1490 Masehi dilangsungkannya pernikahan keduanya. Pernikahan Syarif Hidayatullah dan Nyimas Tepassari ini mempunyai makna tersirat, salah satunya yakni sebagai upaya menggali sebuah informasi data-data tentang daerah di Jawa yang dikuasai dakwah Syekh Siti Jenar yang berbeda faham mengenai keagamaan sehingga bisa dikontrol dan dicarikan jalan solusinya. dinikahkannya Nyi Mas Tepassari dengan Syarif Hidayatullah merupakan salah satu dakwah Islam di daerah Tepasan, yang membawa hasil baik yakni banyaknya orang-orang Majapahit yang masuk Islam dan bergabung menjadi pengikut Sunan Gunung Jati untuk memperkuat Kerajaan Cirebon. Dari pernikahannya dengan Nyi Mas Tepassari inilah melahirkan Ratu Ayu pada tahun 1494 Masehi dan Pangeran Pasarean pada tahun 1495 Masehi. Ratu Ayu ini menikah dengan Faletehan pada tahun 1511 Masehi.

Pada kurun waktu 1528-1549 Masehi, Syarif Hidayatullah melakukan perluasan wilayah kekuasaannya dengan cara memfokuskan dirinya pada penyebaran ajaran Agama Islam. Sementara itu, Sunan gunung jati menyerahkan urusan pemerintahan kepada putranya dari Nyimas Tepassari yakni Pangeran Pasarean. Pangeran pasarean mendapatkan tugas sebagai wakil pemerintahan kerajaan Cirebon pada tahun 1528-1546 Masehi.

Pernikahannya dengan Nyi Mas Tepassari ini membawa perubahan bagi perkembangan kepemerintahan di Cirebon sebab, segala kebudayaan yang berada di Cirebon baik itu kebudayaan sunda dirubah menjadi budaya seperti orang Jawa Timur yang dianggapnya lebih maju perdabannya. Sehingga, tidak heran apabila budaya Cirebon lebih condong mirip dengan kebudayaan orang Jawa Timur bila dibandingkan dengan kebudayaan orang Sunda.

Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Nyi Mas Tepassari putri dari Ki Gede Tepasan, dimana Nyi Mas Tepassari berasal dari Blambangan yang merupakan keturunan dari adipati blambangan yang mengaku sebagai penerus dari Kerajaan Majapahit, dan pada saat itu Majapahit runtuh sehingga menyebabkan kerajaan-kerajaan kecil masing-masing memerdekakan diri serta mengklaim bahwa diri merekalah yang akan menjadi penerus dari Kerajaan Majapahit, kemudian kata tepasan merupakan sebuah daerah kadipaten bawahan Majapahit yang terletak didaerah lumajang saat ini, sedangkan menurut versi lain daerah tepassan sekarang terletak di Banyumas.

Kitab Caruban Nagar

Menurut Kitab Caruban Nagari, Pangeran Pasarean memiliki nama asli Pangeran Muhammad Arifin yaitu putra sulung Syaikh Syarif Hidayatullah, atau yang dikenal Sunan Gunung Jati dari permaisuri Nyimas Tepasari putri Ki Ageng Tepasan dari kerajaan Majapahit. Pangeran Pasarean lahir pada tahun 1495 M dan wafat dalam umur 57 tahun (1552 M). Pangeran Pasarean memiliki posisi penting dalam sejarah Kesultanan di Kota Cirebon, karena beliau jugalah yang menurunkan raja-raja Kasultanan Cirebon, termasuk di dalamnya Sultan Kraton Kasepuhan, Kraton Kanoman, dan *Kacirebonan.

Keramat Pangeran Pasarean : Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Lebih tepatnya berada pada posisi 6°45'1.24" LS dan 108°29'33.41" BT di sekitar permukiman penduduk Blok Pasarean di sebelah timur aliran Sungai Cipager.

Di sebelah selatan merupakan pemakaman umum masyarakat yang masih berfungsi. Di sebelah timur keramat terdapat jalan kampung dan di utara ada bangunan PAUD dan rumah penduduk. Di bagian barat laut terdapat dan Museum Pangeran Pasarean dan mushola. Museum tersebut menyimpan beberapa benda kuna seperti naskah kuna, tembikar, dan berbagai benda pusaka. Di selatan mushola atau sebelah barat keramat ada sebuah bangunan terbuka populer dengan sebutan Pendopo Agung. Pada zaman dahulu, lokasi ini merupakan tempat Pangeran Pasarean bermusyawarah. Di sekeliling kompleks keramat dibatasi pagar tumpukan batu kali dengan ketinggian kira-kira 50 centimeter dan tebal kira-kira 40 centimeter.

Pada kurun waktu tahun 1528 sampai dengan 1552, Sunan Gunung Jati memperluas wilayah kekuasannya. Sunan Gunung Jati lebih fokus pada penyebaran ajaran Agama Islam. Sementara itu, urusan kepemimpinan pemerintahan dipercayakan kepada anaknya, yaitu Pangeran Pasarean. Tugas ini diemban sampai tahun 1546. Pada tahun itu juga Pangeran Pasarean wafat di Demak.

Di antara tugas memimpin sebuah pemerintahan, Pangeran Pasarean diperintahkan untuk membuat tapal batas atau ciri perbatasan antara wilayah Galuh dan Cirebon. Dalam melaksanakan tugas ini, Pangeran Pasarean ditemani oleh pasukan dan pinisepuh dengan senjata cis atau sebuah keris yang mirip dengan tombak. Pembuatan tapal batas bermula dari daerah Mandirancan yang berada di kaki Gunung Ciremai. Sebagai ciri beliau menancapkan cis terus ke sebelah utara sampai daerah dengan tanah menggunduk mirip dengan gunung pada masa sekarang dikenal dengan istilah Gegunung.

Di Gegunung itu pula, Pangeran Pasaren dan rombongannya dihadang oleh pasukan yang dipimpin Sang Ikul Tua atau seorang telik sandi yang berasal dari Kerajaan Pajajaran. Namun setelah mengetahui Pangeran Pasarean adalah putra mahkota dari Sunan Gunung Jati yang juga merupakan cicit dari Prabu Siliwangi maka Sang Ikul Tua tunduk kepada Pangeran Pasarean.

Pada akhirnya Pangeran Pasarean dan rombongan menetap di Gegunung untuk menyebarkan agama Islam dan menggembleng diri pribadi sekaligus para pasukannya baik jasmani atau rohani. Selama di Gegunung, beliau sering mengadakan pertemuan dengan mendatangkan para kigede dan tokoh kesultanan untuk membahas strategi dalam rangka mengatasi gangguan dan ancaman yang mengganggu Kesultanan Cirebon. Sang Ikul Tua sering memimpin pertemuan-pertemuan tersebut. Berkat berbagai pertimbangan beliau, hasil pertemuan selalu mendapatkan hasil yang memuaskan semua pihak dan menghasilkan berbagai keputusan yang baik. Maka Sang Ikul Tua mendapatkan rgelar Ki Buyut Timbang Luhur.

Pada waktu itu, di daerah Gegunung telah terbentuk sebuah perangkat tugas berikut tata kerja yang sangat baik. Pangeran Pasarean didapuk sebagai seorang pemimpin yang dibantu oleh Ki Buyut Timbang dan Ki Buyut Pakualam yang berperan sebagai Dewan Penasehat. Ki Logawa atau Buyut Sena dan Buyut Tambak dipercaya sebagai pemangku keamanan. Sementara itu, bagian perlengkapan dijabat oleh Ki Buyut Srana, bagian berdakwah diemban oleh Ki Buyut Kilaya, dan Ki Buyut Truna menjabat dalam bidang Kepemudaan. Ki Buyut Pasindangan memiliki tugas sebagai seorang hakim untuk memutuskan perkara.

Sampai sekarang makam-makam para pengageng tadi masih sangat terawat baik di Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon. Adapun lokasi berlangsungnya berbagai pertemuan diberi nama Pendopo Agung. Bekas goresan cis yang membentang dari arah selatan ke utara membentuk sebuah sungai yang bernama Cipager yang memiliki arti air atau sungai pembatas. Sumur tempat air minum, mandi, dan wudhu bernama sumur Bagja Kamulyan. Tempat Pangeran bersemedi sekaligus menyimpan berbagai benda miliknya sekarang dikenal dengan sebutan keramat Pangeran Pasarean.

[https://id.wikipedia.org/wiki/Keramat_Pangeran_Pasarean]

SILSILAH

Silsilah Dari Raja Pajajaran

1 Sunan Gunung Jati – Syarif Hidayatullah
2 Rara Santang (Syarifah Muda’im)
3 Prabu Jaya Dewata @ Raden Pamanah Rasa @ Prabu Siliwangi II
4 Prabu Dewa Niskala (Raja Galuh/Kawali)
5 Niskala Wastu Kancana @ Prabu Sliwangi I
6 Prabu Linggabuana @ Prabu Wangi (Raja yang tewas di Bubat)

SILSILAH PARA SULTAN KANOMAN

1 Sunan Gunung Jati Syech Hidayahtullah
2 Panembahan Pasarean Muhammad Arifin
3 Panembahan Sedang Kemuning
4 Panembahan Ratu Cirebon
5 Panembahan Mande Gayem
6 Panembahan Girilaya
Para Sultan :

  1. Sultan Kanoman I (Sultan Badridin)
  2. Sultan Kanoman II ( Sultan Muhammad Chadirudin)
  3. Sultan Kanoman III (Sultan Muhammad Alimudin)
  4. Sultan Kanoman IV (Sultan Muhammad Chaeruddin)
  5. Sultan Kanoman V (Sultan Muhammad Imammudin)
  6. Sultan Kanoman VI (Sultan Muhammad Kamaroedin I)
  7. Sultan Kanoman VII (Sultan Muhamamad Kamaroedin )
  8. Sultan Kanoman VIII (Sultan Muhamamad Dulkarnaen)
  9. Sultan Kanoman IX (Sultan Muhamamad Nurbuat)
  10. Sultan Kanoman X (Sultan Muhamamad Nurus)
  11. Sultan Kanoman XI (Sultan Muhamamad Jalalludin)
  12. Sultan Kanoman XII (Sultan Muhamamad Saladdin)

SILSILAH SULTAN KASEPUHAN CIREBON

  1. Panembahan Pasarean – Muhammad Arifin
  2. Pangeran Dipati Carbon
  3. Panembahan Ratu
  4. Pangeran Dipati Carbon
  5. Panembahan Girilaya
  6. Sultan Raja Syamsudin
  7. Sultan Raja Tajularipin Jamaludin
  8. Sultan Sepuh Raja Jaenudin
  9. Sultan Sepuh Raja Suna Moh Jaenudin
  10. Sultan Sepuh Safidin Matangaji
  11. Sultan Sepuh Hasanudin
  12. Sultan Sepuh I
  13. Sultan Sepuh Raja Samsudin I
  14. Sultan Sepuh Raja Samsudin II
  15. Sultan Sepuh Raja Ningrat
  16. Sultan Sepuh Jamaludin Aluda
  17. Sultan Sepuh Raja Rajaningrat
  18. Sultan Pangeran Raja Adipati H. Maulana Pakuningrat, SH
  19. Sultan Pangeran Raja Adipati Arif Natadiningrat, SE

SILSILAH SULTAN KERATON KACIREBONAN

  1. Panembahan Pasarean Muhammad Arifin
  2. Pangeran Dipati Carbon
  3. Panembahan Ratu Pangeran Dipati Anom Carbon
  4. Pangeran Dipati Anom Carbon
  5. Panembahan Girilaya
  6. Sultan Moh Badridini Kanoman
  7. Sultan Anom Raja Mandurareja Kanoman
  8. Sultan Anom Alimudin
  9. Sultan Anom Moh Kaerudin
  10. Sultan Carbon Kaeribonan
  11. Pangeran Raja Madenda
  12. Pangeran Raja Denda Wijaya
  13. Pangeran Raharja Madenda
  14. Pangeran Raja Madenda
  15. Pangeran Sidek Arjaningrat
  16. Pangeran Harkat Nata Diningrat
  17. Pangeran Moh Mulyono Ami Natadiningrat
  18. Gusti Pangeran Raja Adipati Abdul Gani Natadiningrat Dekarangga

SILSILAH PANEMBAHAN CIREBON

  1. Panembahan Pasarean – Muhammad Arifin
  2. Sunan Gunung Jati Syech Hidayatullah
  3. Panembahan Pasarean Muhammad Tajul Arifin
  4. Panembahan Sedang Kemuning
  5. Panembahan Ratu Cirebon
  6. Panembahan Mande Gayem
  7. Panembahan Girilaya
  8. Pangeran Wangsakerta (Panembahan Cirebon)
  9. Panembahan Pangeran Jagaraksa
  10. Panembahan Raden Syech Abdullah
  11. Panembahan Raden Syech Kalibata
  12. Panembahan Raden Syech Moch. Abdurrohman
  13. Panembahan Raden Syech Moch. Yusuf
  14. Panembahan Raden Moch. Abdullah
  15. Panembahan Raden Moch. Sholeh
  16. Panembahan Raden K.H Moch. Syafe’i
  17. Panembahan Raden K.H Moch. Muskawi
  18. Panembahan Raden H. Moch. Parma
  19. Panembahan Raden H. Moch. Salimmudin

SITUS PANGERAN PASAREAN

Pangeran Pasarean alias Pangeran Muhammad Arifin adalah seorang putra Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang lahir pada tahun 1495 dari ibu Nyi Mas Tepa Sati (Putri Ki Ageng Tepasan dari Majapahit). sebagai putra mahkota, sejak kecil hingga tumbuh dewasa beliau digembleng berbagai ilmu keagamaan dan kedrigamaan. setelah dewasa beliau sering menggantikan ayahhandanya dalam menjalankan tugas pemerintahan sehari-hari bila Sunan Gunung Jati berdakwah didaerah-daerah sehingga beliau mendapat gelar Adipati Pangeran Pasarean salah satu tugas khususnya adalah membuat dan menjaga tapal batas Kasultanan Cirebon dengan Kerajaan Galuh. Di Gegunung Pangeran Pasarean beserta para pengiringnya menetap untuk sementara waktu, dan menjadikan gehunung sebagai markas keamanan tapal batas sekaligus sebagai pusat kegiatan olah kayudan (latihan perang) disamping sebagau pusat kegiatan keagamaan. meskipun letaknya dirahasiakan, tempat itu sering dijadikan sebagai pertemuan para tokoh Kasultanan Cirebon dan para Ki Gede setempat yang dipimpin oleh Sang Ikul Tua (utusan Kerajaan Pajajaran).

Makam / Petilasan Pangeran Pasarean terletak di sebelah barat makam Sang Ikul Tua tepatnya di pinggir sungai Cipager.
Situs Pangeran Pasarean terletak ± 2 km kearah timur dari pusat pemerintahan Kab. Cirebon, tepatnya di Rt. 004, Rw. 001 di Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber. Luas Tanah ± 2000m2, Bangunan ± 30m2, dan kepemilikan tanah adalah tanah hak milik.