Syaikh Maulana Hambyah / Jaka Pameling / Jaka Supang / Ki Supa / Sayyid Tumapel / Pangeran Tumapel / Sunan Pandanaran I / Pangeran Sendang Sedayu

public profile

Syaikh Maulana Hambyah / Jaka Pameling / Jaka Supang / Ki Supa / Sayyid Tumapel / Pangeran Tumapel / Sunan Pandanaran I / Pangeran Sendang Sedayu's Geni Profile

Share your family tree and photos with the people you know and love

  • Build your family tree online
  • Share photos and videos
  • Smart Matching™ technology
  • Free!

About Syaikh Maulana Hambyah / Jaka Pameling / Jaka Supang / Ki Supa / Sayyid Tumapel / Pangeran Tumapel / Sunan Pandanaran I / Pangeran Sendang Sedayu

same other profil View tree Ki-Supa / Pangeran-Sendang-Sedayu / Kyai-Ageng-Sedayu

Informasi : https://www.facebook.com/raturajafatimah.alhusseini/posts/143320571...

Menurut Naskah Klasik Karya Panembahan Romo Kajoran thn 1677 : Sekilas tentang Ki Ageng Sunan Pandan Aran

Menurut serat candrakantha karya Rng Candrapradhata Sunan Tembayat adalah cucu dari Sunan Ampel, anak dari P. Tumapel/P. Lamongan yang bernama Syaikh Maulana Hambyah dan konon bernama kecil Jaka Pameling/Jaka Supang.

Gaya dakwah dari Ki Ageng Sunan Pandan Aran hampir sama dengan gurunya, Sunan Kalijaga yaitu dengan cara merakyat, membaur dengan masyarakat sudra/Kasta terendah dari masyarakat Hindu. Kisah-kisah Sunan Bayat ini banyak ditulis oleh Panembahan Kajoran.

Ketika Semarang belum resmi menjadi kadipaten Ki Ageng Sunan Pandan Aran telah menjadi akuwu (setingkat Wedana) dan setelah kadipaten Semarang terbentuk Sunan Pandan Aran menjadi adipati yang pertama dan mendapat gelar Ki Ageng Pandan Aran. Masyarakat Islam Jawa pesisiran memberi nama Syeikh Maulana Hasan Nawawi.

Sekitar tahun 1512 Ki Ageng Pandan Aran menyerahkan kekuasaan kepada adiknya, atas bimbingan sang Guru beliau uzlah, merendahkan diri serendah-rendahnya agar tidak dikenal masyarakat tanpa membawa bekal harta sedikitpun bahkan beliau mengabdi pada seorang penjual serabi yang sangat kikir dan galak bernama Nyai Tasik dengan nama samaran Slamet, Nyai Tasik sendiri akhirnya menjadi salah satu murid Ki Ageng setelah terbuka kedoknya.

Dalam perjalanan uzlahnya dari urusan duniawi beliau mengajarkan ilmu-ilmu agama dengan metode patembayatan yang mempunyai makna kurang lebih musyawaroh. Karena sistim mengajinya dengan metode tersebut beliau oleh Sang Guru (Sunan Kalijaga) mendapat sebutan Sunan Bayat. Dan daerah padhepokannya terkenal dengan daerah Bayat yang terletak kurang lebih 12 km. dari ibukota kabupaten Klaten. Ki Ageng Sunan Pandan Aran wafat pada tahun 1537 dengan meninggalkan murid-murid yang sangat terkenal antara lain : Syeikh Dombo, Ki Ageng Gribig, Nyai Ageng Tasik, Kyai Sabuk Janur, Kyai Sekar Dlimo, Ki Ageng Semilir, Ki Ageng Majasto, Kyai Kali Datuk, Ki Ageng Konang serta masih banyak yang lainnya.

Ki Ageng Sunan Pandan Aran merupakan wali penutup atau terakhir dalam kumpulan wali sanga. Sebagai penghormatan Sultan Hadiwijaya pada tahun 1566 membangun makam beliau dan pada tahun 1633 diperluas oleh Sultan Agung dan diberikan ajaran-ajaran yang tersirat dari tata cara dalam melaksanakan ritual ziarah dan bentuk bangunan yang ada di makam Ki Ageng Sunan Pandan Aran, insyaalloh sebagian akan diuraikan dibawah ini.

Sebelum menguraikan ajaran yang tersirat dari ritual dan bentuk bangunan makam alangkah baiknya apabila kita mengenang salah satu ajaran Ki Ageng Sunan Pandanaran sebelum meninggal yaitu : Syare’at Golo. Golo terdiri dari dua huruf Jawa Go dan Lo, huruf Go adalah angka 1 dalam angka Jawa dan Lo adalah angka 7, yen sliramu pingin dadi manungsa kang sampurno nyuwuno pituduh, pitutur, pitulungan marang Dzat kang Tunggal kanthi nindakno 17 dawuh-E(Terjemahan bebasnya kalau kamu kepingin menjadi manusia yang sempurna mintalah petunjuk, nasehat dan pertolongan kepada Dzat yang Maha Esa dengan melaksanakan 17 perintah-Nya(Sholat 17 rokaat). Dan syareat tersebut diabadikan menjadi nama masjid Golo.

Adapun puncak ajaran dari syareat golo ini terlukis dari penamaan puncak Jabalkat. Jabalkat dari kata Jabal Uhud yang merupakan kata dari bahasa Arab dimana Jabal berarti gunung, uhud merupakan kata ganti dari Ahad yang berarti Esa. Artinya Gunung Keesaan (puncak dari tauhid), apabila kita bisa benar-benar melaksanakan sholat wajib 17 rokaat sehari.

RITUAL DAN BANGUNAN MAKAM YANG PENUH DENGAN AJARAN (YANG MEMBANGUN SULTAN AGUNG ):

Makam Ki Ageng Sunan Pandan Aran terletak diperbukitan, masuk dalam wilayah kalurahan Paseban kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Persisnya 12 km. sebelah selatan ibukota kabupaten Klaten, dan dapat ditempuh melalui kota Klaten dengan menggunakan kendaraan umum(omprengan) maupun Bus antar kecamatan jurusan Klaten-Semin dengan ongkos yang terjangkau. Dari atas perbukitan tempat makam Ki Ageng Pandan Aran kita dapat melihat pemandangan yang sangat menarik hati. Bukit-bukit disekitarnya sangat indah dipandang.

Memasuki areal pemakaman kita akan melihat bangunan yang sangat artistik modifikasi dari bangunan candi lengkap dengan gapura yang penuh dengan ukiran. Apa yang akan kita lihat ketika ziarah ke makam Sunan Pandan Aran sebetulnya penuh dengan pendidikan ketauhidan yang sangat dalam. Namun karena kita masyarakat awam menganggap bahwa ritual dan bangunan yang ada di makam tersebut penuh dengan tradisi Hindu/Kejawen/Kesepuhan.

Tata cara yang penulis ketahui dan banyak diyakini kebenaranya oleh peziarah antara lain: Supaya terkabulnya permintaan peziarah diharapakan membawa bunga, mengitung jumlah tangga naik-turun harus sama, ziarah ke makam kijing wilangan, ketika pulang dianjurkan untuk membawa bunga Kanthil, intip(kerak nasi) dan pisang kepok. Dari bentuk bangunan : Tangga yang dibikin berkelok-kelok , gapura dengan jumlah 11, balai paseban, genthong Sinaga, gedhong inten (Puncak Makam dimana Sunan Pandan Aran dimakamkan). Dan masih banyak lagi ritual ataupun bangunan yang lepas dari pengamatan saya.

view all

Syaikh Maulana Hambyah / Jaka Pameling / Jaka Supang / Ki Supa / Sayyid Tumapel / Pangeran Tumapel / Sunan Pandanaran I / Pangeran Sendang Sedayu's Timeline